Sukses

UT Gelar AHEC Communique Webinar, Diikuti 8.000 Peserta dari 20 Negara

Mitigasi perubahan iklim menjadi topik dari ASEAN Higher Education Conference (AHEC) Communique Webinar Series #7.

Liputan6.com, Jakarta Universitas Terbuka (UT) menggelar ASEAN Higher Education Conference (AHEC) Communique Webinar Series #7. Fokus isu pada topik ini adalah pendidikan mitigasi bencana alam, ketahanan lingkungan pesisir, teknologi mitigasi bencana alam, dan pengelolaan bahaya bencana alam.

Mitigasi perubahan iklim menjadi topik dari ASEAN Higher Education Conference (AHEC) Communique Webinar Series #7.

Dikatakan perubahan iklim adalah salah satu tantangan global paling mendesak yang dihadapi saat ini. Perubahan iklim mengacu pada perubahan iklim bumi dalam jangka panjang, terutama karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan perubahan penggunaan lahan.

ASEAN Higher Education Conference communique webinar series #7 dilakukan secara daring melalui Zoom pada tanggal 19 Juli 2023 pukul 15.00. dengan peserta terbuka untuk semua pemangku kepentingan di sektor pendidikan tinggi, termasuk pimpinan Perguruan Tinggi, anggota fakultas, mahasiswa, pembuat kebijakan, dan pemimpin industri.

Adapun beberapa narasumber yang tergabung dalam webinar antara lain, Agung Dhamar Syakti, DEA -Rector of Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Kepulauan Riau. Dia membawakan tema berjudul "Government role in mitigating rising sea level: Insight from higher education community"

Kemudian narasumber berikutnya, Insight from higher education community dibawakan Dato Seri Setia Awang Haji Muhammad Juanda Bin Haji Abdul Rasyid selaku Menteri Pembangunan, Brunei Darussalam berjudul "Government role in addressing disaster hazards caused by rising sea level

Selain itu, Presiden Universitas Chiang Mai, Thailand, Pongruk Sribanditmongkol, yang membawakan presentasi berjudul Higher education perspective for addressing the rise of sea level (Enhancing Quality Assurance)

Hadir pula Rektor Universitas Studi Komputer, Yangon, Myanmar Mie Mie Khin dengan judul presentasi Sustainable approaches for managing natural disaster based GIS (In Supporting Mobility)

Dari Indonesia ada Executive Vice President for Sustainability of PT Astra Agro Lestary Tbk, Bandung Sahari - memberikan presentasi berjudul "Private sector roles in supporting government in tackling hazard caused by natural disaster".

Acara webinar ini diselenggarakan untuk mendiskusikan praktik terbaik yang dapat membantu Perguruan Tinggi ASEAN dalam meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan pengintegrasian transformasi digital ke dalam sistem akademik dan administrasi.

Kemudian mengeksplorasi cara mempertahankan relevansi perguruan tinggi di tengah platform pembelajaran yang membayangi.

Serta, mengembangkan kurikulum yang relevan dengan industri dan membangun kemitraan berkelanjutan dengan industri dan memeriksa masalah etika yang terkait dengan penerapan teknologi baru.

Webinar ini menjadi bagian langkah para akademisi untuk mengembangkan studi dengan paradigma baru yang berfokus pada keberlanjutan masyarakat dan ketahanan masyarakat terhadap bencana khususnya dalam upaya memahami perubahan yang ditimbulkan Oleh bahaya alam dan teknologi.

Sektor masyarakat yang terpinggirkan telah menjadi perhatian sehingga secara bertahap para pengambil kebijakan mengembangkan konsep kerentanan dan program mitigasi bahaya yang lebih canggih daripada yang diterapkan sebelumnya.

Membahas mitigasi perubahan iklim penting untuk mengatasi dampak negatif perubahan iklim, melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, mendorong stabilitas ekonomi, dan membina kerja sama internasional.

Dengan membahas dan menerapkan langkah-langkah mitigasi perubahan iklim, kita dapat bekerja menuju masa depan yang lebih berkelanjutan untuk diri kita sendiri dan generasi mendatang.

Ucapan selamat disampaikan kepada Rektor Universitas Terbuka, Prof Ojat Darojat dan tim yang telah mengorganisir Communique Webinar Seri 7. Dengan memecahkan rekor mencapai lebih dari 8.000 peserta lebih dari 20 negara.