Liputan6.com, Jakarta - Katalin Kariko memenangkan hadiah nobel dalam Fisiologi dan Kedokteran. Penelitiannya bersama Drew Weissman, yang berbagi penghargaan dengannya, meletakkan dasar untuk vaksin covid-19 yang dkembangkan BioNTech-Pzifer dan Moderna.
Karir Kariko menjadi pelajaran tentang ketekunan. Karyanya tentang mRNA, pembawa pesan genetik yang mengirimkan instruksi DNA untuk membuat protein tertentu, seringkali diabaikan.
Baca Juga
Selama berada di Universitas Pennsylvania, ia mengalami kesulitan untuk mendapat dana hibah dan berpindah dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya.
Advertisement
Meskipun ditolak berkali-kali, dia mengatakan tidak pernah mempertimbangkan untuk mengalihkan fokusnya. “Saat saya melakukan penelitian, saya melihat potensinya,” kata dia melansir laman CNBC, Selasa (10/10/2023).
Ternyata pada tahun 1989, tidak ada yang mengira mRNA akan berguna. Baginya, kemajuan yang terus-menerus, meskipun kecil, membuat waktu begadang di malam hari menjadi berharga.
“Saya merasa sukses ketika orang lain menganggap saya gagal karena saya memiliki kendali penuh atas apa yang saya lakukan,” katanya.
Menurutnya, kegigihan dan kepercayaan dirinya tidak hanya menjadikannya seorang ilmuwan yang baik. Kualitas-kualitas tersebut juga menjadikannya orang tua yang baik.
Putrinya, Susan Francia, adalah peraih medali emas olimpiade dua kali. Beliau meraih gelar sarjana dan magister dari University of Pennsylvania dan gelar MBA dai University of California, Los Angeles.
Ketika orang-orang bertanya kepada Kariko bagaimana menghadapi karir yang menuntut dan memiliki anak seperti yang dia lakukan, dia berkata “Saya hanya memberi tahu mereka, jangan membantu secara berlebihan.”
Daripada memanjakan anak, berikanlah contoh.
‘Anak bagian dari keluarga dan punya tanggung jawab’
Saat tumbuh dewasa, Kariko mengatakan bahwa Francia selalu atletis, tetapi tidak terlalu unggul dalam olahraga apapun. Dengan tinggi enam kaki, dua inci, banyak orang mengira ia pandai bermain basket. Bukan itu masalahnya. Namun, seperti ibunya, dia memiliki sifat positif dan ketekunan.
“Pialanya adalah ‘paling berkembang’, yang menunjukkan bahwa kamu berubah dari orang yang jelek menjadi biasa-biasa saja, atau ‘paling antusias’,” kata Kariko.
Kualitas ini akhirnya terbukti berguna ketika ia bergabung dengan tim dayung pada tahun kedua di University of Pennsylvania, tempat dia bersekolah dari tahun 2000 hingga 2004.
Dia kemudian bergabung dengan Tim Nasional Senior Dayung Amerika Serikat dan memenangkan medali emas pada tahun 2008 dan 2012 olimpiade.
“Dia selalu mengatakan bahwa pada jarak 500 meter, kamu merasa seperti berada dalam cairan asam dan selama sisa (balapan) itu hanya pikiran yang mendorong,” kata Kariko.
Kariko mengatakan kesuksesan Francia tidak berasal dengan mengikuti kelas tambahan atau bimbingan belajar. Ia mendapatkannya dari melihat orang-orang di sekitarnya bertekad dan fokus.
“Kamu memperhatikan orang tua dan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain, berhubungan dengan kakek-nenek, tetangga, dan teman-teman,” katanya. “Di sekolah tindakan guru diperhatikan. Itulah yang membentuk diri kamu.”
Melihat orang tuanya bekerja keras dan menjaga pola pikir positif, Kariko mengatakan, lebih penting bagi perkembangan Francia daripada sumber daya apapun yang bisa dibeli dengan uang. Anak-anak juga merasakan rasa bangga dan mandiri ketika mereka punya otonomi.
“Pada jam 6 pagi, saya berada di laboratorium karena harus mengatasi kemacetan dan putri saya tahu dia harus bangun dan terkadang harus menyiapkan sarapan untuk suami saya yang bekerja lembur dan mungkin akan datang pagi hari,” katanya.
“Anak adalah bagian dari keluarga dan memiliki tanggung jawab,” jelas dia.
Menurut kariko, anak-anak akan memahami kebiasaan orang tua, bukan kata-kata. Cara terbaik untuk membesarkan anak yang tangguh adalah menunjukkan sifat tersebut pada diri sendiri.
Advertisement