Liputan6.com, Jakarta - Terlepas dari ketidakpastian ekonomi, masih memungkinkan untuk membangun dan melestarikan kekayaan untuk generasi, kata para ahli pada hari Kamis di CNBC Financial Advisor Summit.
"Ada peluang nyata untuk melakukan soft landing" bagi perekonomian, kata Mel Lagomasino, CEO dan managing partner WE Family Offices, yang memiliki kantor di New York City dan Miami. "Namun saya kira kita masih akan mengalami resesi pendapatan," ujarnya, merujuk pada kenaikan biaya tenaga kerja di tengah pemogokan pekerja.
Baca Juga
Meskipun kenaikan suku bunga telah memicu volatilitas pasar saham, kenaikan suku bunga telah menciptakan opsi-opsi yang kompetitif bagi para investor.
Advertisement
"Sekarang untuk sebuah perubahan, mereka dibayar," kata Lagomasino. "Mereka dapat menaruh uang dalam investasi yang sangat likuid dan sangat aman dan mendapatkan 5%, 6% atau 7%."
Namun hingga akhir 2023, "ini akan menjadi rumit, terutama dengan lingkungan geopolitik," ujarnya, dan mendesak para investor untuk tetap "sangat likuid."
Â
Ancaman Terbesar Terhadap Kekayaan Generasi
Dengan beberapa pakar yang masih memprediksi resesi, para ahli di pertemuan tersebut mengatakan bahwa penting juga untuk melindungi kekayaan generasi.
"Penyebab No. 1 dari hilangnya kekayaan yang besar adalah konsentrasi," kata Lagomasino, menekankan risiko memiliki "banyak telur dalam satu keranjang."
Risiko konsentrasi diperbesar dalam komunitas teknologi selama runtuhnya Silicon Valley Bank dan First Republic awal tahun ini, kata Rodney Williams, salah satu pendiri SoLo Funds. "Efeknya terasa di berbagai bidang."
Itulah mengapa "diversifikasi adalah kuncinya," katanya.
Leverage adalah risiko besar lainnya, terutama bila dipasangkan dengan pengeluaran berlebih, kata Lagomasino. Ini bisa menjadi "koktail beracun" bagi investor yang tidak melakukan diversifikasi.
"Anda bisa berkonsentrasi sejenak pada suatu waktu dan kemudian melakukan diversifikasi," tambah Williams. "Itulah permainannya."
Â
Advertisement