Sukses

Ini Alasan Jangan Bentak Anak Ketika Emosi dan Cara Mengatasinya

Setiap orang tua pasti pernah marah terhadap anak mereka, tetapi jangan terlalu sering membentak karena itu berdampak buruk bagi anak.

Liputan6.com, Jakarta - Hampir setiap orang tua pernah berteriak kepada anak mereka, tidak peduli seberapa keras para orang tua berusaha untuk tetap sabar. Tekanan orang tua untuk selalu bisa stabil dalam pekerjaan tetapi juga memiliki kewajiban untuk merawat buah hari membuat orang tua terkadang kewalahan menghadapi sebuah masalah yang muncul.

"Orang tua yang terbaik dan berniat baik sekalipun akan kehilangan kesabaran dari waktu ke waktu," kata Jazmine McCoy, seorang psikolog klinis yang tinggal di pinggiran Kota Atlanta, melansir CNBC, Selasa (18/12/2023).

Namun, "jika bentakan dan teriakan orang tua terjadi terus-menerus terjadi dan semakin kronis, maka hal ini dapat mengganggu hubungan anak dengan orang tua," katanya.

McCoy sering membahas topik ini, dengan mengadakan sebuah webinar secara gratis selama 45 menit di situs webnya tentang cara mendisiplinkan anak tanpa harus membentak dan berteriak. 

McCoy mengungkapkan bahwa menjaga kepala tetap tenang dalam situasi yang penuh tekanan dapat membantu Anda mengembangkan kecerdasan emosional dan kepercayaan diri anak-anak Anda, katanya, dan membantu membuat mereka lebih bahagia dan sukses sepanjang hidup mereka.

Berikut, McCoy membeberkan beberapa alasan mengapa sering berteriak dan membentak anak dapat berdampak buruk, kemudian bagaimana mengidentifikasi pemicu emosi orang tua, dan apa yang harus orang tua lakukan saat mendapati diri Anda menghadapi kehilangan ketenangan.

 

2 dari 3 halaman

Efek Negatif yang Bertahan Lama dari Membentak

Anak-anak yang terus-menerus dibentak oleh orang tua mereka lebih mungkin untuk bermasalah dalam perilaku, memiliki harga diri yang rendah, dan terkena depresi. Ini menurut sebuah penelitian tahun 2013 yang diterbitkan dalam The Journal of Child Development.

"Jika ini adalah hukuman utama yang Anda lakukan dengan anak Anda dan tidak ada banyak interaksi positif lainnya, hal itu akan mengganggu hubungan, yang kemudian mengganggu perilaku mereka," kata McCoy.

"Karena anak-anak yang merasa lebih terhubung dengan kita dan merasa lebih didukung oleh kita, mereka akan menjadi seorang anak lebih baik. Mereka akan lebih sukses, lebih bahagia, dan sebagainya." sambungnya.

Berteriak bahkan tidak terlalu efektif untuk memperbaiki perilaku negatif, tetapi justru malah mengganggu pikiran anak Anda kata McCoy. Ia mencatat, hal itu justru memicu respons stres di otak mereka yang mengarah pada meningkatnya kecemasan yang dapat menghalangi kemampuan mereka untuk belajar dan berkembang, demikian hasil penelitian.

"Kita hanya perlu mengingat bahwa ketika kita berteriak, anak-anak kita sebenarnya tidak sedang belajar. Karena mereka stres, dan kita tidak belajar ketika kita stres," katanya. "Jadi, hal ini bertentangan dengan tujuan utama kita."

Mengapa orang tua berteriak dan bagaimana mengenali pemicu emosi diri sendiri:

Setiap orang tua dipicu oleh perilaku dan skenario yang berbeda, kata McCoy: "Saya bisa saja terpicu oleh kekacauan, dan orang lain akan berkata 'Kekacauan itu tidak apa-apa."

Anda lebih cenderung berteriak ketika Anda sudah berurusan dengan perasaan kewalahan, cemas, dan ketika tekanan untuk menyeimbangkan antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga membuat Anda merasa seperti berada dalam kondisi yang sangat panas, katanya.

Bila Anda secara umum merasa stres atau frustrasi dengan satu perilaku tertentu dari anak Anda, McCoy menyarankan untuk melakukan refleksi diri yang mendalam untuk lebih memahami dan mendapatkan akar dari emosi Anda.

3 dari 3 halaman

Cara Menghadapi Emosi kepada Anak

 

Membuat catatan harian setiap kali Anda sersulut emosi untuk membentak anak Anda. Ini dapat membantu, karena ini adalah cara yang terorganisir dan objektif untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti:

  • Situasi apa yang membuat saya merasa paling frustrasi?
  • Mengapa keadaan ini membuat saya frustrasi?
  • Apa yang membuat saya frustrasi dengan perilaku tersebut?

Memahami pemicu Anda, dan mengapa hal itu membuat Anda marah, dapat membantu Anda mengendalikan diri sebelum kehilangan kesabaran di depan anak Anda, kata McCoy.

Anda mungkin mengingatkan diri sendiri bahwa amukan bukanlah hal yang normal bagi anak kecil, apalagi untuk mengulangi amukan tersebut berulang kali.

Jangan lupa untuk meminta maaf. Ketika Anda merasa baru memiliki Anak atau merasakan sulitnya mengasuh Andak, akan wajar jika Anda merasa kewalahan hingga berteriak pada anak-anak Anda, kata McCoy.

Jika Anda tidak dapat menahan diri sebelum kehilangan kesabaran, apa yang terjadi selanjutnya menjadi sangat penting untuk menjaga hubungan yang kuat dan saling percaya dengan anak Anda. Meminta maaf "sangat menyembuhkan dan terapeutik" bagi Anda berdua, kata McCoy.

"Saya pikir salah satu hal terbaik yang bisa didengar seorang anak dari orang tuanya adalah: 'Saya minta maaf. Saya sedang mengusahakan hal ini dan saya tidak sempurna,'" tambahnya.

Perjelaslah mengapa Anda meminta maaf, sarannya. Biarkan anak Anda tahu bahwa Anda bertanggung jawab untuk menenangkan diri Anda sendiri, bukan mereka. Tanyakan kepada mereka bagaimana perasaan mereka setelah Anda berteriak: Apakah mereka takut atau terluka?

Dengan melakukan hal itu, Anda mencontohkan perilaku yang baik untuk anak Anda dengan menunjukkan kepada mereka cara yang tepat untuk berperilaku setelah amukan. Anda juga mengundang mereka untuk menyebutkan dan berbagi emosi mereka sendiri, yang dapat membantu mereka mengembangkan kecerdasan emosional mereka.