Liputan6.com, Jakarta - Market musim panas ini menjadi sebuah market roller coaster bagi Juventus. Bagaimana tidak, Juventus ditinggal dua tokoh besar yang membawa tim ini kembali meraih scudetto pasca kembali dari Serie-B. Mereka adalah yaitu Andrea Pirlo dan Arturo Vidal.
Kehilangan Pirlo dan Vidal menjadi pukulan yang sangat telak bagi si Nyonya Tua. Namun terlepas dari hilangnya dua nama tersebut, kehilangan terbesar Juventus hengkangnya Carlos Tevez. Pemain asal Argentina itu memilih kembali ke klub kampung halamannya, Boca Juniors.
Carlos Tevez, dalam dua musim berseragam hitam-putih konsisten menjadi sumber gol bagi Juventus. Bahkan menjadikan dirinya pencetak gol terbanyak tim selama dua musim beruntun. Untuk menyiasati lubang yang ditinggalkan L’apache (nama panggilan Tevez), Juve memilih untuk merekrut trio penyerang ke Turin.
Simone Zaza ditransfer dari Sassuolo. Kemudian Juventus merekrut Paulo Dybala yang dibeli dari Palermo. Dan yang terakhir adalah mendatangkan Mario Mandzukic dari Atletico Madrid.
Simone Zaza menyelesaikan musim yang indah bersama Sassuolo. Namun pengalamannya di level permainan yang lebih tinggi masih belum terbukti.
Begitu pula dengan sang wonderkid Paulo Dybala. Meskipun berhasil menyelesaikan musim dengan rekor double-double (mencetak 13 gol dan 10 assist dalam satu musim), mental dan permainannya di level yang lebih tinggi masih dipertanyakan.
Berbeda dengan dua nama yang disebutkan tadi, Mario Mandzukic datang ke Turin dengan segudang asam garam. Mandzukic sudah pernah bermain di level tertinggi pesepakbolaan mancanegara. Striker asal Kroasia ini berhasil membuat namanya harum di dua klub yang pernah dibelanya yakni Atletico Madrid dan Bayer Muenchen.
Untuk mendatangkan Mandzukic, Juventus harus merogoh kocek sebesar 19 juta euro. Tentunya dengan jumlah itu Si Nyonya Tua ingin melihat hasil investasinya terbayar lunas. Apalagi melihat rekam jejak dari Mandzukic bukanlah hal aneh apabila investasi ini tampaknya akan terbayar secara instan.
Setelah berganti kostum dari Wolfsburg ke Muenchen di tahun 2012, Mandzukic selalu secara konsisten mencetak lebih dari 20 gol. Di musim debutnya berseragam Bayern, 22 gol dicetaknya dalam 40 penampilan, diikuti oleh 26 gol di musim berikutnya. Sebelum akhirnya pihak Atletico meminangnya dan melihat 20 gol atas nama Mandzukic selama musim 2014/2015 silam.
Dalam tur pramusim bersama Juventus, Mario sudah mencetak 2 gol untuk Juventus. Gol kemenangan ketika melawan Lechia Gdansk dan gol tipikal menggunakan tandukan kepala Manzukic tercipta ketika Juventus berhasil mengangkat supercoppa Italia melawan Lazio.
"Apakah saya mengalami tekanan dalam menggantikan peran Carlos Tevez? Tentu saja tidak," ujar Mandzukic kepada La Gazzetta dello Sport. "Saya adalah Mandzukic dan saya percaya pada diri saya sendiri."
"Biarkanlah saya bermain dan saya yakinkan Anda bahwa saya akan medapat musim yang bagus bersama Juventus."
Sebuah rangkaian kata-kata penuh percaya diri dari seorang Mario Mandzukic. Tentunya dengan postur dan kepiawaiannya sebagai striker oportunis tidaklah sulit bagi Mandzukic untuk beradaptasi di atmosfer liga Serie-A. Apalagi liga ini terkenal mengutamakan permainan taktis ketimbang kebutuhan fisik untuk sekedar sprint.
Tampaknya 20 gol merupakan target minimal yang realistis bagi seorang Mario Mandzukic untuk musim pertamanya di bawah bendera La Vecchia Signora.
Penulis: Edward Satria (Fans Juventus)
[OPINI] Menerka Dampak Mandzukic Bersama Juventus
Tampaknya 20 gol merupakan target minimal bagi Mario Mandzukic untuk musim pertamanya di bawah bendera La Vecchia Signora.
Advertisement