Liputan6.com, Jakarta - Menelusuri timeline Twitter atau menekuri Instagram, seperti memasuki rimba belantara dengan jutaan kicau burung, auman harimau, teriakan parau monyet-monyet, termasuk suara desau angin yang melenakan. Kalau beruntung, kita bisa mendengar syahdu suara seruling anak gembala, yang bisa saja tersesat menggembalakan ternak peliharaannya hingga ke tepi rimba.
Jakarta, sungguh sebuah kota yang didapuk resmi sebagai kota paling cerewet di dunia Twitter. Bayangkan, 15 cuitan per detik!
Figur publik, selebriti, termasuk di dalamnya juga orang awam, yang karena rajin menyuarakan apa yang ada di mata, hati, dan kepalanya lalu muncul dengan 140 karakternya, maka bisa mendapat status sebagai seleb twit.
Figur publik di dunia entertainment, kerap kali tak cuma menyuarakan diri, karya, jadwal pertunjukan, perjalanan karier, dan kebahagiaan rumah tangganya. Tetapi mereka bisa menjadi endorser sebuah produk.
Bahkan saya berteman dengan seorang selebritas yang dengan terus terang mengaku membuat akun Twitter dan Instagram semata untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Ya, dengan menjadi endorser, sang artis bisa mengandalkan jumlah followers-nya yang ratusan ribu, dan bahkan kini sudah mendekati jutaan.
Sejatinya, ini bukanlah fenomena khas di dunia selebriti Indonesia. Karena, sejumlah bintang ternama Hollywood, bintang basket NBA, pesepakbola dunia, juga melakukan hal tersebut.
Yang jelas menjadi endorser, sama saja menjadi semacam ikon atau sosok tertentu yang juga disebut sebagai direct source. Mereka sumber langsung untuk mengantarkan sebuah pesan, memperagakan sebuah produk atau jasa dalam kegiatan promosi.
Jelas tujuannya satu: mendukung efektifitas penyampaian pesan produk.
Citra Positif
Selebritas adalah satu dari sekian jenis endorser yang ada dalam "buku besar" pemasaran. Seperti kita ketahui, paling tidak ada empat jenis endorser. Yakni celebrity endorser, expert endorser, lay endorser, dan juga dead endorser.
Yang masuk dalam kategori celebrity endorser adalah orang-orang yang terkenal secara luas, baik itu bintang film, penyanyi, pelawak, atlet, hingga model. Mereka dianggap dapat mempengaruhi publik, dan kemudian membeli produk yang dipromosikannya. Itu bisa terjadi karena prestasi dan atau popularitasnya. Karena menjadi idola, mereka diyakini mampu mengembangkan citra positif produk baru atau mengubah citra produk yang sudah ada.
Dari penelusuran saya, diketahui mereka dibayar dengan nominal beragam. Biasanya karena pertimbangan jumlah followers hingga 'status' popularitasnya. Apakah ia masih tergolong skuter, alias selebriti kurang terkenal? Atau sudah level bintang, bahkan diva? Bisa juga karena acaranya di layar kaca sedang ngetop dan berating tinggi.
Ada yang "cuma" dibayar Rp 100.000 per cuitan (biasanya dipaket minimal 10 cuitan), hingga jutaan rupiah. Bahkan ada yang mencapai belasan juta sekali cuit. Atau bisa juga hanya sekali meng-endorse di akun Instagram sang selebritas. Ada juga yang gratisan dengan alasan, "membantu usaha teman." Atau, "Membantu promo film teman."
Efektifkah?
Jika tidak, mereka tak mungkin dimanfaatkan jasanya. Tak mungkin ada akun selebriti yang hampir setiap hari meng-endorse produk berbeda-beda. Tak cuma lewat kata-kata, tapi juga lewat foto. Dalam pose tampak sang bintang menggunakan produk yang dipromosikannya, mencicipi produk yang didukungnya, atau bahkan mendatangi tempat-tempat yang menjual produk yang meminta jasanya.
Tetapi seberapa besar efektifitasnya? Tentu tidak seragam satu sama lain. Karena tergantung dari berapa banyak 'mata air' yang bisa mereka hasilkan dan dari sasaran produk yang dipromosikannya, dengan menggunakan 'air mata'-nya.
Maksud saya: TEARS, yaitu akronim dari lima unsur endorser. Apa saja? Trustworthiness (apakah ia dapat dipercaya), Expertise (apakah dia mampu meyakinkan target pembeli yang disasar, sebentuk competitive advantage), Attractiveness (punya daya tarik), Respect (kualitasnya dihargai), dan Similarity (kesesuaian antara sang bintang, produk, dan audiens yang disasar).
Jika ramuan itu tepat, mereka akan sukses menjadi seleb yang endorser. Sebaliknya bisa terjadi, jika salah.
'Air mata' adalah salah satu daya tarik utama dalam berbagai pertunjukan. Ada yang sukses, tak sedikit yang gagal. Tetapi yang pasti, tak ada makan siang gratis. Minimal, ibaratnya sekarang aku membantumu menjadi endorser, lain kali kamu yang membantuku menjadi endorser-ku!
Itulah nikmatnya menjadi selebritas. Bahkan cendera mata di pesta pernikahannya pun bisa berupa setumpuk produk yang di-endorse-nya. Dari sabun cuci hingga sabun mandi. Dari teh sachet hingga galian singset.
[OPINI] Mata Air dan Air Mata Seleb Endorser
Ada yang cuma dibayar Rp 100.000 per cuitan, hingga jutaan rupiah. Bahkan ada yang mencapai belasan juta sekali cuit.
Advertisement