Liputan6.com, Jakarta Jika Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dianggap satu-satunya lembaga resmi yang berwenang menentukan sebuah stasiun televisi melakukan pelanggaran atau tidak, sepertinya pedangdut Zaskia Gotik baru saja melewati kiamat kecil dalam hidupnya.
Ya, ini berhubungan dengan kasus celetukannya yang dianggap telah menghina lambang negara. Dalam acara Dahsyat yang ditayangkan pada 15 Maret 2016 itu, ia menyebut Hari Proklamasi Kemerdekaan RI jatuh pada 32 Agustus dan lambang sila kelima Pancasila 'bebek nungging'.
Baca Juga
Celetukan ini, terlepas dari sekadar candaan seperti diakuinya, telah memancing reaksi keras masyarakat. Selama berhari-hari ia dihujat kiri kanan. Mulai dari ibu rumah tangga, politikus sampai tokoh masyarakat. Mereka terlihat satu suara bahwa artis asal Cikarang, Bekasi, Jawa Barat itu harus dibawa ke ranah hukum karena perbuatannya dianggap fatal.
Advertisement
Para pakar merasa perlu pula urun komentar. Tidak kurang pengamat sosial dari Universitas Indonesia Ricardi S Adnan berpendapat, ini merupakan pelecehan simbol negara pertama yang mencuat pascareformasi. Ricardi menjelaskan bahwa masa setelah reformasi merupakan periode di mana Indonesia kehilangan identitas dan jati diri bangsa.
Sampai di sini pernyataan tersebut benar adanya. Namun, ia lupa bahwa ini bukanlah pelanggaran pertama pada lambang negara. Pada 2014, Ahmad Dhani pernah menggegerkan saat mengusung burung Garuda dalam video clip We Will Rock You. Hal ini dilakukannya saat menjadi tim sukses pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Baca Juga
Kasus dugaan penghinaan yang dilakukan Zaskia Gotik kemudian dilaporkan banyak pihak ke Polda Metro Jaya. Salah satunya dilakukan Komunitas Pengawas Korupsi (KPK). Melalui ketuanya, Muhammad Firdaus, mereka mengaku merasa terpanggil atas peristiwa penghinaan tersebut.
Seandainya saja yang bersangkutan mengatasnamakan pribadi, keberatan tersebut tentu bisa diterima dan akan mencerminkan kepeduliannya sebagai warga masyarakat yang baik. Tetapi ketika mengatasnamakan LSM yang dipimpinnya, segera muncul kejanggalan. Adakah penghinaan ini berhubungan langsung dengan persoalan rasuah yang menjadi fokus perhatian KPK?
Pelantun hit 1 Jam Saja tersebut serta merta berada dalam mimpi buruk yang tak bisa membuatnya tidur nyenyak. Tentu saja jika secara hukum dia terbukti melakukan penghinaan, ancaman pidana telah menunggu. Maka dengan sibuknya dia pontang panting ke sana kemari menyampaikan permohonan maaf sambil tak lupa sesenggukan sebagai isyarat penyesalannya yang tidak terhingga.
Terlanjur menjadi bola panas, KPI pun langsung menegur pihak RCTI. Setelah melalui mediasi, lembaga ini menganggap persoalannya selesai. Belakangan LSM KPK pun mencabut tuntutannya. Eh, ada buntut tak sedap. Mereka dicurigai menerima sejumlah uang dari pihak Zaskia Gotik. Muhammad Firdaus tentu saja membantah keras. Ya sudah biarkan saja.
Artinya, melalui pertemuan KPI dengan pihak RCTI, Zaskia Gotik tak perlu sampai harus menerima sanksi hukum atas kecerobohannya. Puas atau tidak, mestinya polemik juga berakhir. Ternyata tidak.
Dikerubut oleh berbagai alasan dan kepentingan, kasus 'bebek nungging' terlanjur berkembang menjadi bola api yang menyambar kian kemari. Pada titik ini tanpa disadari, keberadaan Zaskia perlahan-lahan bergeser dari seorang pesakitan menjadi komoditi.
Pengangkatannya sebagai Duta Pancasila oleh Partai Kebangkitan Bangsa menunjukkan indikasi tersebut. Moment ini berlangsung saat partai tersebut menggelar acara talkshow "Pancasila Hidup Kita" di ruang GBHN Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (7 April 2016) yang dihadiri sejumlah artis.
Kepada awak media, Ketua Fraksi PKB di MPR, Abdul Kadir Karding menjelaskan alasannya bahwa setiap ucapan artis dan pesohor bisa memengaruhi masyarakat, sedangkan politisi tidak. Artinya, Zaskia diharapkan dapat mengkatrol nama PKB. Pernyataan ini secara tidak langsung telah mengecilkan keberadaan partainya sendiri di mata masyarakat.
Ihwal Zaskia tentulah tidak dalam posisi yang mampu menolak meski inisiatif penunjukan ini telah menggiringnya ke wilayah rawan. Pasalnya, seorang duta tidak saja harus memahami betul permasalahan yang menjadi tugasnya, tetapi juga dituntut sikap dan perilaku yang tidak cacat norma.
Akal sehat pun rasanya sulit diajak kompromi, jika seseorang yang tengah dirundung kasus penghinaan atas lambang negara justru ditunjuk sebagai Duta Pancasila. Adakah jaminan bahwa ke depan tidak akan muncul persoalan serta hujatan baru?
Karding berpendapat bahwa penyelesaian melalui jalur hukum tidak perlu dilakukan, partainya telah memaafkan. Hal ini saja sudah langsung menyulut sindiran pedas politisi lain. Melalui akun Twitternya, @FahiraIdris, anggota DPR ini berkicau: "selain artis dilarang menghina lambang negara."
Dari segi bobot pelanggaran, sebenarnya yang dilakukan Ahmad Dhani jauh lebih serius karena terlihat jelas adanya unsur kesengajaan. Patung Garuda disiapkan sebagai properti video clip berdurasi 2,34 menit. Hal ini diperparah dengan kostum ala Nazi yang dikenakannya.
Guru besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Franz Magnis Suseno, mengaku jijik menyaksikan video tersebut. Menurut dia, Nazi di bawah pimpinan Hitler telah melakukan kejahatan terbesar dalam sejarah umat manusia.
Adapun sejarawan Asvi Warman Adam mengkritik hal ini sebagai pelecehan berat. Baginya Garuda lambang negara boleh saja dipergunakan sepanjang untuk kepentingan mempersatukan bangsa.
Dhani saat itu mewakili kepentingan politik salah satu pihak. Dhani Manaf tentu bukan musisi bodoh, dia pasti tahu terdapat ketentuan dalam undang-undang partai yang melarang penggunaan lambang Garuda meski menyerupai sekali pun.
Saat itu juga publik menuntut agar kasus Dhani dibawa ke ranah hukum. Tetapi seperti banyak terjadi pada berbagai kasus pelanggaran lain, penyelesaian hiruk pikuk ini tidak tuntas alias menguap begitu saja.
Apa yang dialami oleh Zaskia Gotik memperlihatkan gambaran ketidaksiapan sebagian para pelaku seni dalam menghadapi dinamika profesinya. Keluguan tidak cukup kuat sebagai modal menghadapi persaingan industri. Ia bukan Ahmad Dhani atau Syahrini yang pintar mengelola sebuah isu menjadi amunisi untuk mengatrol popularitas.
Lihat saja, cukup mengenaskan menyaksikan dia meminta maaf ke semua pihak atas kekhilafannya, sementara para penghujatnya seperti tidak mengenal puas untuk terus-terusan memojokkan. Kecuali Julia Perez, tidak seorang pun rekannya sesama profesi yang terlihat melakukan pembelaan.
Nampaknya Zaskia Gotik pun tidak pernah mendaftarkan dirinya pada organisasi profesi. Terbukti Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) yang diketuai Rhoma Irama diam seribu bahasa. Demikian pula dengan Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI).
Kedua payung resmi ini nampaknya baru bergerak jika pelanggaran tersebut dilakukan anggotanya. Sikap yang bisa dibenarkan walaupun akan terlihat lebih cantik jika tidak hanya menunggu bola. Ini akan menjadi momentum bagus untuk menumbuhkan kesadaran di kalangan para artis akan pentingnya perlindungan.