Liputan6.com, Jakarta Profesi dokter di Indonesia mempunyai andil yang sangat besar dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejarah telah membuktikan bahwa metafora kebangkitan nasional Indonesia berasal dari saat pendirian Boedi Oetomo yang digagas oleh para dokter pada saat itu.
Nasionalisme para dokter di Indonesia tidaklah perlu diragukan lagi sampai saat ini. Ilmu kedokteran terus mengilhami para dokter di Indonesia senantiasa kritis untuk “menyehatkan dan membangun” bangsa yang lebih baik dan merdeka.
Baca Juga
Bidang kedokteran mengajarkan metode, cara berpikir ilmiah dan metaphor-metafor biologis dan fisiologis baru untuk mengevaluasi kondisi bangsa saat ini dan masa mendatang. Para dokter di Indonesia mempunyai posisi yang ideal dan strategis untuk dapat melakukan diagnosis “tubuh sosial” bangsa, kemudian meresepkan intervensi terapetik apa yang tepat untuknya dan menegaskan hal-hal yang dapat menghambat proses alamiah evolusi sosial.
Advertisement
Pengalaman sehari-hari para dokter mulai saat menjadi pelajar kedokteran juga mengilhami perkembangan pemahaman dan kesadaran berpolitik pada era tahun 1900-an. Selama masa pendidikan para pelajar kedokteran mudah merasa peka terhadap isu-isu budaya, sosial, ekonomi dan politik karena mereka secara berkala berhubungan dengan masyarakat luas (dikutip dari buku “Merawat Bangsa” karya Hans Pols).
Pada era pasca kemerdekaan saat ini, kondisinya tentulah berubah, perjalanan masa dari era penjajahan, kemerdekaan sampai saat ini membuat aktivitas para dokter lebih terfokus pada pragmatisme profesi. Mimpi para dokter nasionalis yang digagas Boedi Oetomo telah meredup.
Peran Dokter Dipengaruhi Arus Perubahan Politik dan Kebijakan
Saat ini surutnya peran dokter di Indonesia juga dipengaruhi arus perubahan-perubahan politik dan kebijakan. Era desentralisasi pemerintah daerah membuat posisi sosial dokter nasional telah terkikis bersamaan dengan program dan institusi kesehatan nasional sehingga menjadi “dokter lokal”.
Melemahnya sistem surveillance yang berimplikasi munculnya penyakit-penyakit menular, disparitas penyediaan kesehatan baik tenaga medis dan tenaga kesehatan maupun ketersedian sarana prasarana dan infrastruktur kesehatan, belum adanya sinkronisasi/keterpaduan antara sistem pelayanan kesehatan dengan sistem pendidikan kedokteran mengakibatkan timbulnya beberapa permasalahan dalam dunia pendidikan kedokteran di Indonesia.
Perkembangan kesehatan global yang mulai tahun 1900-an menjadi tantangan baru kesehatan internasional. Mulai dari HIV/AIDS, SARS, flu burung, ebola, flu babi, cacar monyet dan saat ini yang lagi menjadi perhatian serius terkait dengan SARS-Cov-2 (COVID-19). Penekanan lebih pada biosekuriti dan upaya untuk mencegah penyebaran penyakit menular, bukan pada inisiatif horizontal melalui program jangka panjang untuk memperkuat layanan kesehatan nasional, pelayanan kesehatan primer, pendidikan kesehatan masyarakat atau keterlibatan masyarakat lokal dalam upaya penyusunan inisiatif kesehatan.
Dalam komponen pembangunan kesehatan tidak akan terlepas dari peran sentral para dokter. Para dokter adalah intelektual yang dalam menjalankan profesinya langsung berhadapan atau berada di tengah masyarakat dibekali nilai profesi yang menjadi kompas dalam segala bidakannya. Nilai profesi itu antara lain adalah kemanusiaan (humanism), etika (ethics) dan kompetensi (competence).
Peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia yang dicanangkan sejak tahun 2008 sebagai peringatan 100 tahun adalah upaya untuk membangunkan kesadaran para dokter terhadap semangat nasionalisme, membangkitkan kembali kebangkitan dunia kedokteran khususnya di Indonesia, mengembalikan para dokter kepada peran kepemimpinan yang pernah mereka mainkan di garda depan perjuangan bangsa.
Advertisement
Pandemi COVID-19 Pertegas Posisi Dokter
Di Era Pandemi COVID-19 ini semakin mempertegas posisi Dokter di Indonesia dan seluruh dunia, bagaimana dokter bersama tenaga kesehatan menjadi pilar utama, garda terdepan dan sekaligus benteng terakhir dalam penanganan Pandemi COVID-19. Para dokter harus memainkan peran-peran sentral dalam intervensi strategis penangan COVID-19 ini , bukan hanya menjadi obyek dalam politisasi kesehatan.
Dokter bersama seluruh stakeholder kesehata , pemerintah dan masyarakat bersama-sama menyehatkan dan membangun bangsa sebagai upaya penanganan yang terbaik dalam Pandemi COVID-19 ini .
Pandemi COVID-19 ini tidak mengenal batas kewilayahan . Ancaman dan dampaknya bukan hanya pada sisi kesehatan namun juga pada ekonomi, sosial dan politik. Tentunya hal ini memerlukan pendekatan multisektoral, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja dan sektor kesehatan tapi perlu juga melibatkan sektor non kesehatan (kesehatan hewan, pertahanan/TNI, keuangan, swasta, LSM) serta menempatkan masyarakat sebagai Garda Terdepan di semua level.
Pandemi COVID-19 ini merupakan permasalahan Global (Global Health Security), sehingga strategi dan upaya yang dilakukan juga harus mewakili seluruh kepentingan bangsa yang apple to apple dengan international counterpart.
Global health security bertujuan menjaga kesehatan global dan untuk menciptakan kesejahteraan serta keamanan global. Oleh karena itu sebagai aktualisasi ketahanan nasional untuk membangun kondisi keamanan dan kesejahtaraan global yang keduanya saling terkait satu dengan lainnya maka bagi bangsa Indonesia perlu dihadapi dengan persatuan nasional/kebangsaan dengan mengikutsertakan seluruh komponen bangsa secara terpadu untuk bersama menghadapi Pandemi COVID-19 ini di Indonesia.
Dokter selalu berada di tengah-tengah rakyat dalam pembangunan bangsa terutama di masa Pandemi COVID-19 ini. Dokter Indonesia juga membuktikan dirinya mempunyai kompetensi profesional dan kemandirian intelektualisme dalam menangani Pandemi COVID-19 ini .
Empat Peran Dokter
Dalam masa pandemi COVID-1919 ini, Dokter Indonesia tidak hanya menjadi agent of treatment tapi juga harus menularkan nilai profesi dan kecendikiawanannya sehingga membuatnya menjadikan agent of mental-social change dan agent of development dalam membantu Negara membuat strategi intervensi penangan Pandemi COVID-19 ini.
Dengan Quatra (empat) peran dokter dalam wadah Ikatan Dokter Indonesia dimana sebagai agent of treatment, dokter menciptakan manusia Indonesia yang sehat dan sejahtera serta produktif. Sebagai agent of change, dokter meningkatkan kemampuan diri serta turut memberikan edukasi pada masyarakat karena dengan masyarakat yang cerdas dapat memperkecil terjadinya masalah dan juga akan lebih mudah dalam mengatasi masalah. Sedangkan sebagai agent of development, dokter dapat terus berkarya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Dan sebagai agent of defense bersama-sama komponen bangsa lainnya menjaga ketahanan nasional untuk mewujudkan kedaulatan bangsa khususnya dalam hal Global Health Security.
Selamat Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) Ke-112 kepada seluruh Dokter Indoneia yang saat ini berjuang dan berjibaku dalam menangani Pandemi COVID-19 baik sebagai Garda terdepan yang bertugas di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), melakukan testing, tracing kontak dan surveillance epidemiologi maupun yang bertugas di benteng pertahanan terakhir di Faskes / Rumah Sakit rujukan, RS khusus dan RS Perawatan pasien COVID-19 ini.
Semoga Pandemi COVID-19 di Indonesia segara berakhir dan semua tetap sehat.
*) Penulis adalah Moh Adib Khumaidi, Ketua Terpilih/Wakil Ketua Umum PB IDI
Advertisement