Liputan6.com, Jakarta - Hubungan dan interaksi antara teknologi komputer dan kehidupan kita sehari-hari tak pernah sedekat ini. Hampir segala sesuatu yang kita lakukan, baik untuk bekerja maupun bersenang-senang, melibatkan dan diperkaya oleh kemampuan komputasi.
Laju inovasi pada saat ini jauh lebih cepat ketimbang yang pernah kita ketahui sebelumnya dan untuk mencapai titik ini telah melibatkan banyak upaya dari industri teknologi secara keseluruhan.
Industri ini selalu mengacu pada Hukum Moore--gagasan bahwa jumlah transistor di dalam sebuah chip akan meningkat dua kali lipat setiap 24 bulan--untuk memandu kita mencapai potensi daya komputasi di masa depan.
Advertisement
Baru-baru ini, banyak yang mengatakan Hukum Moore sudah mati atau setidaknya hampir mati. Faktanya, Hukum Moore belum mati, hanya saja tidak lagi berupa 2D.
Untuk memahami artinya secara tepat, kita harus memahami dan mengapresiasi konvergensi dan hubungan antara elemen-elemen disebut oleh Pat Gelsinger sebagai “technology superpowers”.
Baca Juga
Ubiquitous computing adalah aspek pertama dari keempat superpower ini, dan memandu workflow digital yang intuitif untuk membuat proses kreasi menjadi lebih mudah.
Namun, semua kekuatan komputasi ini berarti data center perlu berubah terus menerus ke satu titik sehingga setiap orang dan segala sesuatu terhubung satu sama lain secara mulus.
Pervasive connectivity, superpower yang kedua ini memungkinkan para pengguna mengumpulkan, menyimpan, memindahkan, dan menganalisis berbagai data set yang tumbuh secara eksponensial. Dengan ini kita dapat merancang dan menjalankan berbagai model bisnis, produk, dan layanan inovatif.
Ketiga, cloud infrastructure, memungkinkan kita menciptakan langkah-langkah yang dinamis dan andal untuk semua data komputasi yang saling terhubung.
Skala dan kapasitas yang tak terbatas di dalam cloud, dikombinasikan dengan jangkauan yang tak terbatas melalui Intelligent Edge, akan melengkapi perusahaan dalam memproses berbagai workload yang lebih dekat dengan konsumen.
Hasilnya, infrastruktur cloud-to-edge menciptakan layanan digital yang data-driven dan dapat dipersonalisasi, sebagaimana yang dibutuhkan oleh pengguna.
Pada akhirnya, artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang human-centric, siap untuk mentransformasi setiap aspek kehidupan kita.
Dengan menyadari sepenuhnya kemampuan AI untuk mengubah data tak terbatas menjadi insight yang dapat ditindaklanjuti akan membantu bisnis mengotomatisasi berbagai proses yang sangat penting, sehingga mendorong kreativitas tim mereka, serta menghadirkan tools dan pengalaman digital luar biasa yang semakin baik dari waktu ke waktu.
Keempat superpower ini harus berharmonisasi untuk mendorong terciptanya berbagai use case baru yang inovatif. Ada potensi yang tak terbatas di sini dan di jantung integrasi serta inovasi adalah para developer.
Sudah menjadi kewajiban bagi industri hardware untuk memastikan agar para developer mereka memiliki tools, kebebasan, dan solusi dasar untuk memanfaatkan teknologi silikon yang mereka miliki dengan sepenuhnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Integrasi Hardware dan Software
Untuk melakukan itu, kita perlu memastikan bahwa hardware dan software dapat berintegrasi secara mulus, serta kreativitas para developer tidak terhalangi oleh pembatasan sewenang-wenangan dari produsen hardware yang sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Contoh kasus: Tahun lalu, Intel memamerkan sejumlah inovasi mendasar. Salah satunya merupakan pendekatan software-first, yang berfokus pada pengoptimalan silikon untuk menjalankan beragam aplikasi, mulai dari cloud, edge, hingga kecerdasan buatan, dan mempermudah ekosistem mitra Intel untuk merancang beragam solusi di seputar produk Intel.
Dengan merobohkan berbagai batasan dan menciptakan open environment, kami mendorong masa depan PC--CPU, GPU, dan berbagai platform baru--untuk menciptakan peluang-peluang besar bagi para developer merancang pengalaman yang luar biasa.
Pada intinya, bisnis hardware perlu memberdayakan mereka yang menggunakan silikon menurut hasrat mereka dan tidak dibatasi olehnya. Untuk mencapai itu, kita perlu memperjuangkan empat faktor pendukung utama:
• Performa yang lebih dinamis: Cara kita menggunakan teknologi sangat dinamis, dan penting sekali performa itu konsisten dengan perubahan workload.
• Pendekatan hybrid core: Ketika aplikasi dan workload menjadi semakin kompleks dan beragam, ada kebutuhan yang semakin besar terhadap prosesor yang mampu menangani segala sesuatu yang diberikan kepada mereka. Kami tahu mitra dan pelanggan berurusan dengan aplikasi single-thread dan multithread, jadi pendekatan hybrid core yang dapat mengelola keduanya adalah sangat penting.
• Ketersediaan PCIe 5.0 pertama di industri: Saat ini dibutuhkan dua kali bandwidth standar PCIe Gen 4 untuk mendorong kinerja discrete graphics dan penyimpanan optimal--membuka peluang baru untuk market.
• Memori yang lebih cepat untuk meningkatkan produktivitas: Cara kita menggunakan PC pada saat ini bersifat multi-dimensi. Dukungan DDR5 akan menghasilkan frekuensi lebih cepat, bandwidth dan throughput yang lebih tinggi untuk meningkatkan workflow dan produktivitas.
Advertisement
Era Komputasi Baru
Sebagai sebuah industri, kita masih dapat berinovasi dan tumbuh dengan kecepatan yang ditetapkan oleh Hukum Moore. Bahkan, kita bisa lebih cepat lagi. Tetapi agar semua ini terjadi, brand teknologi besar harus melepaskan gagasan bahwa mereka adalah satu-satunya inovator di sini.
Inovasi akan datang dari mitra, developer, dan pelanggan, di mana kita hanya perlu memberi mereka kesempatan untuk memaksimalkan hardware kita, dan menggabungkan empat technology superpowers dengan cara yang baru, kreatif, dan imajinatif.
Saat ini, Intel menciptakan solusi-solusi berbasis silikon yang memungkinkan integrasi mendalam dengan para pelanggan dan mitra di seluruh ekosistem teknologi.
Ini adalah langkah pertama dalam mengantarkan ke era komputasi baru yang terbuka, di mana dengan cara ini kita semua bebas memanfaatkan kekuatan komputasi untuk berinovasi sesuai keinginan kita.
**Penulis adalah Santhosh Viswanathan, Vice President Sales, Marketing and Communications Group, and Managing Director, Asia Pacific Japan Territory, Intel Corporation
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Advertisement