Liputan6.com, Roma - Karyawan Ferrari sumringah. Meskipun peresoran mencatatkan penurunan penjualan secara volume, pabrikan mobil mewah asal Italia itu tetap membagi-bagikan bonus untuk seluruh karyawannya.
Ferrari, sebagaimana dilansir dari CNN, Senin (14/4/2014), berhasil memproduksi 7.000 unit sepanjang tahun lalu dengan total pengiriman sebanyak 6.922 unit.
Baca Juga
Meskipun mengalami penurunan pengiriman sebesar 400 unit jika dibandingkan laporan 2012, pendapatan perusahaan justru naik 5% menjadi US$ 3,2 miliar dengan peningkatan laba sebesar 8%.
Advertisement
Sebagai bagian dari rencana bonus tiga tahunan, setiap karyawan Ferrari berhak mendapatkan bonus sebanyak tiga kali gaji mereka. Bahkan, ada karyawan yang memperoleh bonus sebesar US$ 5.700 atau setara Rp 65 juta (Kurs Rp 11.415 per dolar AS).
Memang, Ferrari yang saat ini dipegang kendali oleh Fiat berambisi untuk menjadi brand terkuat di dunia. Menurut Brand Finance, pembesut LaFerrari itu optimistis mampu mengalahkan brand lain seperti Apple dan Google.
Dengan mendapuk titel brand AAA+, Brand Finance menerangkan, Ferrari mampu mengelola angka penjualan hanya dengan memanfaatkan loyalitas konsumen dan kepuasan karyawan.
Brand Ferrari seharga miliaran dolar
Loyalitas dari konsumen terhadap Ferrari serta meningkatnya laba perseroan secara otomatis membuat brand manufaktur otomotif berlogo 'Kuda Jingkrak' itu melonjak. Brand dari Ferrari bernilai US$ 4 miliar, naik sebesar 12% dari tahun lalu.
Selain mengandalkan penjualan mobil, Ferrari juga mengeruk pendapatan dari lisensi. Tahun lalu, perusahaan memperoleh dana sebesar US$ 75 juta dari sejumlah kesepakatan dengan pembesut video game Electronic Arts (EA) dan Codemasters.
Tak hanya itu, Ferrari juga meneken perjanjian lisensi dengan sejumlah perusahaan lain, yakni Puma, Microsoft serta produsen jam tangan mewah Hublot dan Movado.
Adapun, Amerika Utara merupakan pasar terbesar Ferrari, dengan kontribusi sebesar 30% terhadap penjualan global, sementara China menjadi pasar terbesar nomor dua dengan kontribusi sebesar 10%.
Namun, bukanlah perkara mudah bagi Ferrari untuk menguasai pasar global. Sebab, aturan dari otoritas China yang memperketat penjualan mobil mewah diprediksi mempersulit perseroan untuk meningkatkan pangsa pasarnya di Tiongkok.
Seorang spesialis strategi industri yang sekaligus professor dari Universitas Aston, David Bailey, mengatakan, Ferrari berusaha meningkatkan penjualan di pasar lain menyusul lesunya performa perusahaan di China.
"Ferrari akan mencari langkah alternatif. Sebuah kampanye marketing telah disiapkan untuk menghadapi kenyataan pasar," ujar Bailey.