Sukses

Menaklukan Sisi Selatan Jawa Barat di atas Jeep Cherokee ‎(I)

Tim Liputan6.com bersama komunitas pecinta roda empat 4x4 asal Sukabumi, SOCA Solidarity merasakan keseruan touring menuju Ujung Kulon.

Liputan6.com, Binuangeun - Komunitas pecinta roda empat 4x4 asal Kota Sukabumi, SOCA Solidarity, menggelar touring untuk menaklukan medan menuju Ujung Kulon dengan jarak sekitar 300 km.

Bertemu di titik start yang berada di pertigaan Cikidang, tim Liputan6.com mendapat kesempatan untuk merasakan keseruan touring rutin yang dilakukan SOCA Solidarity.

Perjalanan pun dimulai, iring-iringan ‎mengejar check point yang pertama yakni Pelabuhan Ratu. Masuk ke daerah Cikidang, dominasi jalan yang berkelok dan naik turun memulai keseruan touring. Sesekali tim menembus perkebunan sawit yang berada di sisi jalan.

"Monitor Pak Gumgum," ujar Pak Eek pengemudi Jeep Cherokee yang kami tumpangi melalui radio komunikasi CB. Tak lama berselang anggota lain ikut bersahutan dengan menggunakan Bahasa Sunda. Canda serta gurauan turut meramaikan perjalanan.

Memasuki Pelabuhan Ratu, mata tak bisa lepas dari pemandangan pantai sekaligus laut selatan yang menyuguhkan pesonanya di sebelah kiri. ‎Setelah memakan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan dengan jarak 47 km, kami akhirnya menepi di Pantai Karanghawuh. Tim sejenak menunggu anggota lain yang menunaikan ibadah sholat.

Hari semakin siang, perut para peserta touring mulai 'keroncongan'. Bukannya menepi di salah satu rumah makan, kami justru melanjutkan perjalanan menuju Bukit Habibie. Di sana, kata Pak Eek, pemandangan Pelabuhan Ratu lebih bagus.

"Seluruh Pelabuhan Ratu terlihat lebih bagus. Kita juga akan melewat sebuah villa yang digunakan Mantan Presiden BJ Habibie untuk mengembangkan pesawat terbang," jelas Pak Eek sembari melahap tikungan serta tanjakan di atas Jeep Cherokee pabrikan 1995 itu. Tak lama hujan ikut mewarnai dan menambah keseruan perjalanan kami.

Tim akhirnya berhenti di sebuah warung, bukan rumah makan. Ternyata salah satu anggota SOCA Solidarity, Pak Pram, membawa perbekalan untuk makan siang kami.

"Ayo dek makan dulu," seloroh pria 56 tahun yang bekerja di perusahaan air minum mineral asal Prancis itu. "Ini saya bawain ayam goreng, sambal kentang, ikan peda. Ada juga sambalnya, mantap ini!" imbuh dia.

Memang, dalam setiap menggelar aktivitas touring, salah satu anggota dari SOCA Solidarity kerap membawa perbekalan. Bahkan, ada dari di antara anggota yang ditugasi sebagai juru masak.

Setelah perut juga tenaga terisi. Tim kembali bergegas menuju Bayah yang berjarak sekira 50 km. Guyuran hujan saat kami memasuki Pelabuhan Ratu tak kunjung reda.

Menurut peserta, jalan untuk mencapai check point yang kedua lebih berkelok dan menantang. Mengetahui jalanan yang basah tak membuat Pak eek menurunkan kecepatan, bahkan tikungan ia lumat dengan keceptan yang cukup tinggi. Badan kami pun bergoyang ke kanan dan kiri.

Menembus hutan dan perkebunan karet menjadi pemandangan saat menuju check point ke-2. Jalan yang awalnya mulus berubah berlubang saat memasuki lebak banten. Mirisnya, jalan menjadi berdebu ketika sebuah proyek pelebaran jalan tengah dikerjakan untuk menunjang pabrik semen. Alam yang tadinya hijau berubah menjadi gundul dan gersang.

Perjalanan yang tadinya berjalan lancar menjadi tersendat kala tim harus berpapasan dengan kendaraan alat berat dan truk besar. Kekecewaan kami akhirnya terobati saat memasuki salah satu bukit. Barisan perbukitan dengan pemandangan pesisir pantai terhampar di depan mata.

Tak cuma pemandangannya yang indah, peserta pun memanfaatkan sebuah gundukan tanah untuk beraksi, seluruh mobil peserta merangkak naik tanpa masalah. Sesampainya di atas, mereka membentuk formasi. Indahnya alam pesisir selatan Jawa Barat tak ingin disia-siakan tim untuk mengabadikannya lewat foto.

Puas melihat eloknya pemandangan, perjalanan diteruskan. Kali ini medan jalan yang kami lalui lebih didominasi turunan. Pengerjaan pabrik semen dengan sejumlah tower crane yang menjulang tinggi membuat pintu masuk Pantai Sawarna rusak dan kotor.

Sepanjang jalan kami harus melalui lubang-lubang yang menganga dan sesekali nyali para peserta kembali diuji untuk menyalip iring-iringan ‎truk besar.

Siang berganti malam, kami masih berada di jalan. Para peserta berkoordinasi mengenai arah tujuan melalui radio CB. "Ke Pandeglang 170 km kalau ke Malimping 30 km," ujar seorang peserta melalui radio komunikasi itu.

Setelah berjam-jam berada di jalan, akhirnya peserta berhenti di sebuah tempat peristirahatan di daerah Binuangeun tempat pukul 22.00 WIB.  Hari pertama rute Cikidang - Pelabuhan Ratu - Bayah - Benuangeun berhasil dilalui.

Untuk hari kedua, tim akan melalui rute Binuangeun-Cibaliyung-Ujung Kulon. Menurut Pak Eek rute sejauh 60 km itu akan ditempuh kurang-lebih satu jam.(Gst/Ahm)