Liputan6.com, Jakarta - Low cost green car (LCGC) memang dibangun dengan semangat untuk menggairahkan industri otomotif dalam negeri. Meski telah mengusung kandungan lokal sebanyak 80 persen, Co-Chairman I Gaikindo Djongkie D Sugiarto menilai, mobil tersebut tidak bisa didaulat sebagai mobil nasional (Mobnas).
"Kalau dulu pada 1996 ada instruksi presiden yang menjabarkan tetang peran mobnas dalam industri otomotif di Indonesia. Saat ini tidak ada. Jadi LCGC tidak bisa disebut mobnas," ujarnya di sela-sela Indonesia International Automotive Conference (IIAC).
Menurut dia, LCGC harusnya bisa menjadi pemantik untuk pengembangan industri otomotif nasional. Pasalnya, produk itu menggambarkan sebetulnya orang Indonesia punya kemampuan untuk membuat mobil.
Lebih lanjut, Djongkie menguraikan bahwa pengembangkan industri otomotif dalam negeri bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan membeli teknologi dan merekayasanya agar memiliki karakteristik yang berbeda. "Namun itu sangat sulit karena perlu dana yang besar," imbuh dia.
“Banyak produsen mobil terkenal saat ini yang dulunya membeli teknologi kompetitornya. Seperti Hyundai yang pada 25 tahun lalu beli teknologi Mitsubishi. Tapi Hyundai boleh melakukan redesign mesin dan model. Boleh ekspor juga,” tuntasnya. (Gst/Des)
Gaikindo Anggap LCGC Bukan Mobil Nasional
Menurut dia, LCGC harusnya bisa menjadi pemantik untuk pengembangan industri otomotif nasional.
Advertisement