Sukses

Gaikindo: Jelek-jelek, Sektor Otomotif Setor Rp 10 Triliun ke DKI

Angka ini berdasarkan perhitungan yang dilakukan Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto.

Liputan6.com, Jakarta - Kalau banyak yang bilang bahwa kendaraan bermotor hanya menambah ruwet kemacetan di Jakarta nampaknya itu hanya satu sisi dari industri otomotif. Di sisi lain, penjualan mobil nyatanya mampu menyumbang pendapatan pemerintah sebesar Rp 100 triliun.

Ya, angka ini berdasarkan perhitungan yang dilakukan Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto.

Menurut dia, dengan angka penjualan roda empat yang menembus 1,2 juta unit di 2014, maka total pendapatan dari industri ini mencapai kurang lebih Rp 225 triliun.

"Yang pasti di dalam harga jual tersebut sebesar 10 persen dipotong PPn atau sebesar Rp 25 triliun ke pemerintah pusat," papar Jongkie. Tak cuma menerima pendapatan dari PPn, pemerintah pusat juga memperoleh tambahan dari PPnBM.

"Tarifnya kan macam-macam ada yang 10 persen hingga 125 persen, kalau diambil rata-rata 15 persen dari Rp 225 triliun, kurang lebih Rp 33,75 triliun potongan dari PPnBM masuk ke kas," lanjut dia.

Selain masuk ke pusat, Jongkie pun turut memaparkan seberapa besar uang yang didapat Pemda DKI Jakarta dari penjualan kendaraan bermotor.  

Di mana, uang yang didapat dari potongan 10 persen dari Rp 225 untuk STNKB secara otomatis menjadi pemasukan daerah dari pengurusan STNK, BBN, yakni sebesar Rp 25 triliun. Sementara, untuk DKI Jakarta sendiri sebut Jongkie, mendapat porsi 26 persen dari nilai tersebut.

"Dibuletin 30 persen deh biar gampang (hitungnya). Jadi 30 persen dari Rp 25 triliun (Rp 7,5 triliun) Sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk Biaya Balik Nama (BBN)," ucap dia. Bahkan jumlah ini belum termasuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

"Jadi sektor otomotif biar jelek-jelek gini nyumbang 10 triliun nih sama Pak Ahok buat DKI doang. Itu masuknya ke kas daerah," tandasnya.

Praktis baik pendapatan yang masuk ke kas pemerintah pusat maupun daerah, Jongkie menegaskan bahwa industri otomotif menyumbang Rp 100 triliun.

"Jadi jelek-jelek Nyetor 100 triliun bos. Ya kan? Jadi kita bilang selalu harga mobil Rp 100 juta yang masuk ke pemerintah 30 persen (gabungan dari tarif PPN 10 persen, PPnBM 15 persen BBN 10 persen dan PKB 2 persen) hitung deh. Pengusaha otomotif dapatnya berapa? Cuma 60 juta. Yang Rp 35 juta larinya ke pemerintah baik pusat maupun daerah. Itu kira-kira paparannya," pungkasnya. (Gst/Gdn)