Liputan6.com, Jakarta - General Motors (GM) akhirnya menjelaskan duduk perkara soal rencana penutupan pabrik Bekasi yang diumumkan pada Kamis (26/2) lalu. Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin, selama beroperasi, pabrikan asal Amerika Serikat itu justru merugi sejak fasilitas itu beroperasi pada 2013.
"Sekitar US$ 200 juta total dari pertama, rata-rata sekitar US$ 4 juta per bulan," kata Saleh di Jakarta, Senin (2/3/2015).
Meski tak bisa merasakan manisnya industri roda empat dalam negeri, GM, kata Saleh memiliki komitmen terhadap 500 pegawainya yang terdampak akibat keputusan ini. "Tapi mereka komitmen untuk menjaga tenaga kerja PHK, termasuk service kendaraan yang beroperasi," ujarnya.
Sementara itu, Executive Vice President GM, Stefan Jacoby, yang bertanggung jawab di pasar Amerika, Eropa, dan Tiongkok mengkaui bahwa pihaknya telah mengambil keputusan yang tidak tepat, alias salah strategi.
Menurutnya, Chevrolet Spin yang diharapkan GM bisa bersaing dengan Avanza cs nyatanya tak bertaji. Bahkan dari 40 ribu kapasitas yang dimiliki pabrik Bekasi, pabrikan tak bisa menyentuh separuh pun.
>>>Klik laman berikutnya
Kalah bersaing
Tahun lalu, GM hanya mampu menjual sebanyak 8.412 unit di Indonesia. Sementara untuk ekspor angkanya menembus 3.000 unit.
"Kami tidak bisa meningkatkan produksi Spin dan menggenjot volume seperti yang diharapkan. Padahal produknya sangat bagus," kata Jacoby seperti dilansir dari Reuters.
"Rantai logistik Spin juga terlalu kompleks; kami memiliki volume yang rencah sehingga sulit dilokalisasi, dan untuk aspek harga kami juga tida kompetitif," imbuh dia.
(Gst/Igw)
Advertisement