Liputan6.com, Jakarta - Jumlah recall atau penarikan kembali mobil tahun ini memecahkan rekor. Hampir setiap minggu, secara bergantian pabrikan otomotif menarik kembali jutaan mobilnya untuk memperbaiki cacat produksi, dari mulai yang ringan hingga yang berpotensi mematikan.
National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) seperti yang dilansir oleh Jalopnik pada Kamis (5/3/2015), merilis data baru tentang jumlah penarikan selama beberapa dekade terakhir. Tahun 2014, terhitung terdapat 803 recalls yang melibatkan hampir 64 juta unit kendaraan, termasuk dua recalls terbanyak sepanjang sejarah.
Baca Juga
Tahun lalu, General Motors (GM) dan Honda sama-sama menarik kembali jutaan mobil karena terdapat beberapa masalah pada komponen mobil. Dua pabrikan dunia ini berturut-turut menarik 5,8 juta dan 5,4 juta mobil.
Advertisement
Recalls General Motors dan Honda tersebut ada di nomor empat dan enam pada daftar 10 penarikan terbesar sejak tahun 1966. Berikut adalah daftar selengkapnya:
10. Ford tahun 1972 - 4 juta unit ditarik karena kerusakan pada sabuk pengaman.
9. Toyota tahun 2009 - 4,4 juta unit ditarik karena pedal gas yang tidak terkontrol.
8. Ford tahun 2009 - 4,5 juta unit ditarik karena kerusakan cruise control.
7. Ford tahun 2005 - 4,5 juta unit ditarik, juga karena kerusakan cruise control.
6. Honda tahun 2014 - 5,4 juta unit karena masalah pada airbag.
>>> Klik halaman selanjutnya
Recall Terbanyak Sepanjang Sejarah
5. General Motors tahun 1981 - 5,8 juta unit ditarik karena masalah suspensi belakang.
4. General Motors tahun 2014 - 5,8 juta unit ditarik karena masalah pada pengapian.
3. General Motors tahun 1971 - 6,7 juta unit ditarik karena mesin tunggangan yang rusak dan dapat menyebabkan percepatan tiba-tiba.
2. Ford tahun 1996 - 7,9 juta unit ditarik karena masalah pengapian yang dapat sebabkan kebakaran, bahkan saat mobil dimatikan.
1. Ford tahun 1981 - 21 juta unit, kerusakan terjadi pada parking gear yang dapat membuat mobil mundur dan menggelinding. Setidaknya 98 orang meninggal karena masalah ini.
(Rio/Gst)
Advertisement