Liputan6.com, Michigan - Lesunya pasar otomotif di seluruh dunia diprediksi akan mendorong pabrikan untuk melakukan merger atau membentuk usaha patungan (joint venture), demikian kata salah satu konsultan ternama, AlixPartners.
Menurut konsultan yang berbasis di Michigan, Amerika Serikat, penjualan kendaraan bermotor global hanya akan meningkat 2,6 persen dalam tujuh tahun ke depan. Jumlah ini lebih kecil jika dibandingkan pada 2007 hingga 2014 yang mencapai 3,1 persen.
"Investasi yang signifikan dan lebih banyak akan diperlukan, kemungkinan akan terjadi pada saat yang sama saat pertumbuhan (industri otomotif) sedang melambat," kata mereka sebagaimana yang dikutip dari Bloomberg, Rabu (24/6/2015).
Selain pasar yang lesu, beberapa faktor lain seperti berkembangnya mobil otonomos dan listrik juga mendorong merger pabrikan. Menghadapi tantangan ini, AlixPartners mengatakan bahwa ada tiga opsi dapat ditempuh pabrikan, yaitu memperkecil segmen, membentuk usaha patungan, atau merger.
Perkembangan mobil generasi baru tersebut bahkan diprediksi cukup menjanjikan. Menurut Boston Consulting Group, pasar teknologi otonom akan tumbuh sampai US$ 42 miliar pada 2025 dan akan menguasai seperempat penjualan mobil global pada 2035.
"Kami memperkirakan gelombang besar konsolidasi dan kemitraan dalam industri otomotif," kata Stevano Aversa, wakil ketua AlixPartners. "Akan ada juga pemasok dan pendatang baru dari sektor teknologi," lanjutnya. Â
Sebelumnya, salah satu pabrikan yang giat mencari pihak lain untuk diajak bekerja sama adalah Fiat Chrysler. Alasan mereka sama dengan yang dikemukakan AlixPartners. Menurut mereka, pabrikan justru akan lebih kompetitif jika merger.
(rio/ian/sts)