Liputan6.com, Jakarta - Sejak diresmikan pada 13 Juni lalu, Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) sukses menyedot perhatian publik. Selain karena mencatat sejarah sebagai jalan tol terpanjang di Indonesia, rentetan kejadian kecelakaan yang terjadi membuat tol ini jadi buah bibir.
Yang paling baru, kecelakaan di KM 178 yang melibatkan sebuah Daihatsu Gran Max yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Cikopo menuju Palimanan menabrak truk. Mobil pun terbakar dan sejumlah nyawa melayang seketika.
Memang, kondisi jalan yang cenderung lurus dan infrastrukturnya yang mulus membuat pengemudi terbuai. Mereka terlalu asyik membejek pedal gas dan tanpa sadar melaju di atas batas kecepatan.
"Ini sebenarnya masalahnya adalah cultural shock. Ibaratnya anak kecil yang nggak pernah main di lapangan luas terus diajak ke Monas," kata Direktur Keselamatan Transportasi Darat (KSD) Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub Gede Pasek Suardika di Jakarta, Kamis (9/7) malam.
Bila banyak yang mengkritisi bahwa penyebab kecelakaan diakibatkan infrastruktur Tol Cipali, Pasek tak sependapat. "Nothing wrong with infrastructure," katanya.
Lebih lanjut, Pasek menuturkan bahwa yang perlu diketahui publik adalah, Tol Cipali merupakan jalan bebas terbaik yang ada di Indonesia. Sementara untuk isu kecelakaan yang terjadi di sana, lebih dikarenakan faktor manusia.
"Kenapa jadi kecelakaan? Data mengatakan, hampir seluruh kecelakaan tunggal. 90 persen lebih dikarenakan human error yang mana 78 persen di antaranya karena mengantuk," imbuh dia.
Karena itu, ia menekankan pentingnya sikap serta etika mengemudi yang benar dan berorientasi pada keselamatan di jalan raya.
"Kalau mengantuk berhenti jangan dipaksakan dan patuhi batas-batas kecepatan," pungkasnya.
(gst/ian)
Biang Penyebab Maut di Tol Cipali
Rentetan kejadian kecelakaan yang terjadi membuat tol ini jadi buah bibir.
Advertisement