Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang menganggap jika salah satu 'musuh' dari cat kendaraan adalah air hujan. Tetapi, apakah benar demikian? Jawabannya bukan ya atau tidak, tapi tergantung.
Salah satu masalah yang paling jelas adalah kemungkinan munculnya tanda air (watermark) di cat pasca hujan. Sementara air akhirnya menguap, kotoran atau mineral yang berada di air hujan tertinggal di cat saat mobil mengering.
Kabar baiknya, sebagaimana menurut laman Capitolshine, watermark tidaklah merusak cat kendaraan. Mereka hanya membuat cat tidak lagi bersinar atau kusam. Dengan perawatan secepatnya, maka masalah ini bisa dihindari.
Tetapi, jika mobil tidak dicuci berhari-hari pasca terkena hujan, maka watermark akan semakin sulit untuk dihilangkan dan perlu perawatan dan bahan-bahan tersendiri untuk menghilangkannya.
Masalahnya, persoalannya tidak semudah itu. Ada kalanya, air hujan berisi lebih banyak polusi atau yang dikenal sebagai hujan asam. Hujan asam ini lebih berbahaya dibanding hujan biasa karena dapat membuat cat mobil rusak cepat rusak.
Melihat masalah ini, sebetulnya pabrikan otomotif atau sparepart terus membuat pelapis yang juga tahan terhadap berbagai masalah lingkungan, termasuk hujan asam.
Sampai ditemukannya lapisan tersebut, sebagaimana menurut laman Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat, segera mencuci atau mengelap mobil setelah terkena air hujan adalah metode terbaik untuk meminimalkan dampak dari hujan asam.
(rio/gst)
Apakah Air Hujan Benar-benar Merusak Cat Kendaraan?
Banyak orang menganggap jika salah satu 'musuh' dari cat kendaraan adalah air hujan. Tetapi, benarkah demikian?
Advertisement