Sukses

MEA Bisa Selamatkan Chevrolet di Indonesia?

Menurut Gaurav Gupta, faktor Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membuat penutupan pabrik bukanlah masalah.

Liputan6.com, Jakarta - Tahun ini, PT General Motors Indonesia memberhentikan kegiatan produksinya di pabrik yang terletak di Bekasi, Jawa Barat. Banyak yang memperkirakan penutupan pabrik ini akan membuat prospek GM suram.

Tetapi, hal ini ditampik oleh Gaurav Gupta, Presiden Direktur PT General Motors (GM) Indonesia yang baru. Menurutnya, faktor Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membuat penutupan pabrik bukanlah masalah.

"Kita masuk ke dalam masyarakat ASEAN, masyarakat yang semakin hilang batasan-batasannya. Karena itu, penutupan pabrik di satu negara tidak terlalu berpengaruh pada selera konsumen terhadap sebuah merek," kata Gaurav di kawasan Jakarta, Jumat (7/8/).

Menurut Gaurav, banyak faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen, termasuk kebijakan ekonomi sebuah negara. Secara tidak langsung, kebijakan ekonomi Indonesia saat ini membuat penutupan pabrik GM tidak banyak implikasinya.

Sebabnya, impor mobil tetap bisa dilakukan dengan harga bea masuk yang normal. "Karena kita produksinya di negara yang melakukan kerja sama ekonomi dengan Indonesia, yaitu Thailand dan di Korea, maka peraturan tersebut tidak berlaku pada kami," imbuh Gaurav.

Adapun yang dimaksud peraturan tersebut adalah peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 132 Tahun 2015 Tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor. Peraturan ini berimplikasi pada naiknya tarif bea masuk mobil CBU dari 40 persen jadi 50 persen.

"Kami ingin memastikan konsumen mendapat yang terbaik, produk yang tepat, meskipun harus diimpor ataupun CKD," terangnya. 

Karena itu pula, GM mengaku belum memikirkan apakah akan membangun pabrik lagi atau tidak.

(rio/ian)

EnamPlus