Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan yang dialami pebalap Inggris, Justin Wilson di IndyCar kembali menjadi sorotan pemerhati balap.
Betapa tidak, pebalap 37 tahun ini mendapat cedera serius karena pecahan mobil yang menghantam kepalanya. Ia pun meninggal pada Senin (24/8), satu hari setelah insiden terjadi.
Dijelaskan, kepala Wilson terkena pecahan dari mobil pebalap lain, Sage Karam, yang sebelumnya menabrak dinding pembatas sirkuit pada putaran ke-180. Akibatnya, mobil yang dikemudikan Wilson tak terkendali dan keluar arena balap.
Memang, kasus seperti bukanlah kali pertama. Pada 2009, pebalap Felipe Massa juga mengalami cedera karena terkena serpihan mobil yang hancur. Helm Massa pun rusak dan ia pun dibopong keluar sirkuit.
Menurut Allan McNish, seorang analis balap Formula One (F1) BBC, asosiasi balap internasional, seperti Federation Internationale de l'Automobile (FIA) harus menemukan cara untuk melindungi pebalap yang berlaga di ajang single seater.
Dalam catatannya, sudah ada beberapa kejadian serupa yang terjadi dalam enam tahun terakhir.
"Pada F1 tahun ini, pemegang dua kali juara dunia Fernando Alonso sudah mengalami tiga kali insiden. Ini menunjukkan bahaya yang mengancam pebalap di F1," tulis dia.
Mengancam nyawa
Masalah ini merupakan ancaman baru bagi para pebalap F1. Sama halnya ketika era 1980an, saat Allan baru turun ke dunia balap.
"(Waktu itu) kekhawatiran terbesar adalah cedera parah pada kaki, atau kecelakaan hebat yang mungkin tidak membunuh Anda, tapi akan memberikan masalah besar bagi sisa hidup Anda," katanya.
Lambat laun, aspek keselamatan mengalami peningkatan -- penggunaan material serat karbon, bagaimana penyematan suspensi secara efektif, melakukan sejumlah tes, dan masih banyak lagi. Namun kini, masalah besar yang dihadapi adalah bagaimana melindungi pebalap dari ancaman cedera di area kepala.
"Dalam karir saya, cedera kepala menjadi salah satu yang paling saya takutkan. Sebab, masa pemulihannya tak bisa ditebak," katanya.
Dalam dunia balap, masalah keselamatan terus mengalami peningkatan. Ia mencontohkan bagaimana aturan penggunaan helm pada balap 1930-an sampai dengan saat ini. Kemudian, banyak perubahan yang berangkat dari insiden Ayrton Sena di Imola 1994 dan Massa di Hungaria pada 2009.
"Senna meninggal karena arm suspensi yang menghunus helm. Sejak itu, sisi kokpit ditinggikan serta penggunaan komponen whell tethers untuk `menjaga` roda, juga cangkang untuk melindungi pebalap," papar Allan. Cangkang yang dimaksud adalah sebuah komponen survical cell yang dibuat lebih kuat dan memiliki kemampuan untuk meredam energi benturan.
Begitu pula untuk kaca helm. Kini telah menggunakan material anti peluru. Ini diharapkan tidak akan mengulang kejadian insiden kecelakaan yang dialami Massa. Di mana ia terkena komponen suspensi dari mobil lain yang berbobot 2 kg. Helm pun kini dibangun dengan material karbon.
Federasi tak tinggal diam
Federation Internationale de I'Automobile (GIA), yang menaungi kompetisi balap Formula One (F1) akan melakukan sejumlah uji coba pada akhir September ini.
Mercedes pun merespons dengan mengeluarkan sebuah solusi. Mirip seperti kanopi yang menyerupai helm 'Halo'. Ada pula opsi lain yakni menggunakan penutup berbahan polikarbonat. Ini pernah diuji dengan menghempaskan ban berkecepatan 225 km/jam. Meski tidak mengalami kerusakan, opsi ini justru lebih berbahaya saat hujan karena menggangu visibilitas pebalap.
Akan tetapi, menurut Allan, opsi kokpit tertutup ini bertentangan dengan DNA dari balap single seater. Di samping itu, bila opsi ini benar-benar diketuk palu oleh FIA, tim akan menghadapi masalah baru, yakni akan kesulitan mencari sponsor.Â
(gst/sts)
Desain Kokpit Mobil F1 Bakal Berubah Total?
Dalam catatannya, sudah ada beberapa kejadian dalam enam tahun terakhir yang memicu penciptaan desain baru.
Advertisement