Liputan6.com, Gothenburg - Jika di banyak negara lain jam kerja normal adalah 8 jam, maka baru-baru ini Swedia mengeluarkan kebijakan progresif dengan menurunkan jam kerja maksimal menjadi hanya 6 jam. Kebijakan ini berawal dari eksperimen yang dilakukan Toyota di Gothenburg.
Melansir CNN, Rabu (7/10/2015), pada 2002, Toyota Service Center memulai uji coba dengan mengubah shift kerja menjadi per 6 jam, tetapi dengan bayaran tetap 8 jam. Jam kerja yang berkurang tersebut justru menghasilkan peningkatan produktivitas para pekerja. Selain itu, jumlah pekerja yang sakit juga menurun.
Lantas, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Menurut salah satu pekerja, jam kerja yang lebih pendek membuat mereka jadi jarang beristrahat, hanya sekira 10 - 15 menit saja. Waktu istirahat tersebut yang membuat produktivitas naik.
"Waktu kerja yang lebih pendek membuat mesin lebih efisien dan modal yang lebih rendah. Semua orang senang," ujar managing director Martin Banck kepada Guardian, dikutip dari HC Online, Rabu (7/10/2015).
Martin menambahkan, saat jam kerja masih 8 jam, banyak konsumen protes karena pelayanan lamban, sementara pekerjanya sendiri stres dan membuat mereka banyak melakukan kesalahan. Ia juga mengaku, keuntungan Toyota naik hingga 25 persen karena kebijakan ini.
Hasil yang sama juga berlaku pada perusahaan lain. Dari mulai Brath, sebuah startup spesialis SEO, hingga Filimundus, perusahaan pengembang aplikasi. Karena hasil positif itu, pemerintah juga melakukan eksperimen yang sama kepada para perawat.
Meskipun begitu, belum semua perusahaan menerapkan hal yang sama seperti Toyota. Sebuah media lokal bahkan melaporkan bahwa hanya beberapa perusahaan saja yang telah menurunkan jam kerja. Sisanya masih menerapkan 40 jam kerja/minggu.
(rio/gst)
Pekerja Toyota Hanya Kerja 6 Jam per Hari
Swedia menerapkan kebijakan pemotongan jam kerja jadi hanya 6 jam saja. Ini berawal dari eksperimen yang dilakukan Toyota.
Advertisement