Sukses

Offroader Indonesia Itu Orang Gila Semua!

Selain punya mumpuni menaklukan medan berat dengan kendaraan 4x4, mereka pun berjasa dalam merespons setiap bencana yang terjadi.

Liputan6.com, Sukabumi Offroader Indonesia memang tak bisa dianggap remeh. Selain punya kemampuan mumpuni menaklukan medan berat dengan kendaraan 4x4, mereka pun berjasa dalam merespons setiap bencana yang terjadi.

Bahkan, Mantan Ketua Indonesian Offroader Federation (IOF), Djoko Pramono menyebut mereka gila. Apa alasannya?

Di sela-sela Disaster Rescue Volunteer Training OIF 2015, Djoko mengambil kasus ketika Tsunami Aceh. Saat itu, IOF menyodorkan bantuan dengan mengirimkan offroader untuk membantu evakuasi pada H+4.

"Saya nawarin ke pemerintah. IOF sodorin bantuan. Kami nggak minta bensin, uang, atau mobil. Kami jalan sendiri," katanya dengan suara lantang di Lido, Sukabumi, Kamis (5/11/2015).

Sejurus kemudian, sejumlah anggota IOF berangkat menggunakan kapal. Saat memasuki area bencana, mobil-mobil ini turun di pantai. Bahkan, mereka mendarat ketika kondisi ombak relatif tinggi. Laiknya pasukan marinir kata Djoko.

"Di situlah kehebatannya. Itu mobil dibikin kayak tank supaya bisa turun di salah turun di pantai. Ketinggian air 1,5 meter," imbuh bintang 2 purnawirawan AL.

"Kalau di Jakarta banjir satu meter aja nggak berani.  Untungnya snorkel-nya tinggi-tinggi, jadi tak ada satupun yang mogok. Luar biasa. Orangnya punya skill, mobilnya juga jagoan. Dan karena orangnya gila bisa ngakalin mobil agar tak kemasukkan air."

Saat itu, barisan mobil IOF merupakan mobil kendaraan yang berhasil masuk ke lokasi. Di sana, mereka langsung mengangkat jenazah, pasukan, dan logistik.

"Operasi mereka juga nggak di satu tempat saja. Saat itulah ada segelintir pemerintah yang melihat potensi IOF," tuturnya.

Sejak saat itu, IOF pun tanggap setiap bencana terjadi. Melalui Pengda-nya, penggila offroad ini menjadi pioner saat bencana di daerah lain, seperti gempa Yogyakarta, Tsunami Pangandaran, dan yang terbaru membantu pemadaman asap Riau.

Kendati begitu, anggota IOF yang kini ada di 32 provinsi diminta tak berpuas diri. Mereka dituntut untuk menguasai pengetahuan soal penanganan korban bencana.

"Kami semua berkeinginan skill-nya nggak cukup sampai di situ. Nggak boleh berhenti mencari kepandaian. Karena tenaga dan kendaraan kita dibutuhkan negara dan kita semua ditakdirkan lahir di wilayah yang banyak bencana," tuntas Djoko.

(gst/sts)