Sukses

Biar Untung, Produsen Mobil Cekik Pabrikan Komponen Lokal

Dari 225 anggota GIIAM, sekira 10 perusahaan menyatakan tidak sanggup lagi dengan kondisi rupiah dan harga saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Kekuatan industri komponen lokal menjadi faktor utama meningkatkan daya saing industri otomotif Indonesia.

Diungkapkan Ketua Pengembangan Industri Otomotif Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) I Made Dana Tangkas setidaknya perlu lebih dari 20 ribu komponen tiap satu unit mobil yang diproduksi.

Sayangnya, industri komponen Indonesia tak memadai. Bahkan tak sedikit dari mereka yang kini `berdarah-darah`. Sementara produsen kendaraan yang menjadi pasar komponen Original Equipment Manufacturer (OEM) justru mendapat untung.

"Kalau kita berbicara angka, mungkin semua tahu penurunan industri otomotif. Kalau OEM penurunannya mungkin linier tapi bagi supplier (pemasok komponen) yang menyuplai ke OEM secara profitability turun lebih dalam," ungkap Ketua Umum Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor Indonesia (GIAMM), Hamdhani D.

Praktis, posisi pemasok komponen lokal menurut dia tidak dalam posisi menguntungkan. Pasalnya, OEM menuntut penurunan harga sementara dollar menguat dan upah buruh naik.

Data GIIAM, jumlah pemasok komponen roda empat saat ini berjumlah 1.550 perusahaan dengan sebaran 550 perusahaan di Tier 1 dan sisanya di Tier 2 dan 3. Sementara untuk roda dua, jumlahnya hanya sekira 795 perusahaan. Sektor ini menyerap sekira 451.600 tenaga kerja.

"Saya menyindir karena dengan situasi seperti ini OEM cenderung menanjak profitability-nya, mereka turun tapi nggak mau profitnya turun juga. Yang dilakukan adalah reduce cost dari kita sebagai supplier," imbuh dia.

Hamdhani pun meminta OEM untuk melihat kondisi dalam jangka panjang. "Jadi sama-sama susah. Jangan nanti kita susah mereka mau senang. Bayangkan saja, tahun ini kami menghadapi kenaikan UMR (Upah Minimum Regional), dollar, tapi tiba-tiba kami diminta menurunkan harga bukan menaikkan. Ini kan namanya dijepit atas-bawah," tuturnya.

Bergantung ke OEM

Gawatnya, sekira 60-70 persen pemasok komponen bergantung pada OEM. Untuk menyiasati ini, mereka umumnya menyeimbangkannya dengan bermain ke produk after market.

"Kalau hanya Astra, kami menyeimbangkan, after market 40 persen kami naikkan sehingga tidak terlalu bergantung pada OEM. Tapi rata-rata margin masih bergantung terhadap OEM," ucap Hamdhani.

Sebut Hamdhani, dari 225 anggota GIIAM, sekira 10 perusahaan menyatakan tidak sanggup lagi dengan kondisi rupiah dan harga saat ini. Sementara bagi OEM, kondisi ini nyatanya bukanlah masalah besar.

"Komponen tertentu seperti plastik, karet, umumnya OEM sudah tidak terlalu susah untuk mencari produsen lain," tukas dia.

(gst/sts)