Liputan6.com, Delhi - Pelarangan sementara penjualan kendaraan Diesel di Delhi, India, ternyata berdampak positif. Sebab, pabrikan `dipaksa` untuk sesegera mungkin membuat teknologi yang lebih ramah lingkungan.
Baru-baru ini, sebuah aliansi baru yang berisi Maruti Suzuki India, Mahindra & Mahindra, dan Tata Motors dikabarkan terbentuk. Aliansi pabrikan yang sebetulnya saling bersaing ini berusaha mempercepat riset dan produksi secara massal mobil listrik.
Baca Juga
Melansir Asia Nikkei, upaya bersama ini bertujuan agar biaya riset, pengembangan, hingga produksi bisa lebih rendah, sehingga pada akhirnya harga per unit kendaraan bisa dijangkau lebih banyak orang.
Kerja sama ini pertama kali dilaporkan oleh harian Business Line. Sayangnya, Maruti Suzuki menolak berkomentar, sementara Mahindra dan Tata Motors mengatakan perlu waktu lebih sebelum menginformasikan hal ini ke publik.
Aliansi ini tidak memulai semua dari nol. Mereka punya modal cukup banyak. Mahindra misalnya, pada 2010 lalu telah mengakuisisi perusahaan pembuat mobil listrik pertama di India, Reva. Sementara Maruti tak mau kalah dengan memperkenalkan sedan hybrid pertama, Ciaz pada September lalu.
Percepatan produksi mobil listrik ini semakin mendesak karena pemerintah India membuat program agar masyarakat segera beralih dari mobil Diesel. Dengan nama Faster Adoption and Manufacturing of Hybrid and Electric vehicles, program ini akan memberikan insentif pada pembeli mobil listrik atau hybrid.
Pelarangan Diesel oleh pemerintah India sendiri adalah bagian dari kesepakatan 195 negara peserta Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB tentang Perubahan Iklim, di Paris, November-Desember lalu. Hasil konferensi yang disebut dengan `Paris Agreement` ini sepakat untuk mengurangi emisi secara bertahap.