Sukses

Tak Lagi Dikuasai Militer, Nissan Putuskan Buat Pabrik di Myanmar

Nissan akan mulai merakit mobil di Myanmar untuk pertama kalinya tahun ini. Sebelumnya negara ini dikuasai Junta Militer sampai 2011.

Liputan6.com, Yangon - Nissan untuk pertama kali akan merakit mobil di Myanmar tahun ini. Ekspansi ini dilakukan guna memperbesar ceruk konsumen Asia Tenggara yang diprediksi memiliki 50 juta lebih pembeli potensial.

Dilaporkan Bangkok Post, produksi ini akan dijalankan di pabrik yang dijalankan atas kerja sama dengan perusahaan asal Malaysia, Tan Chong Motor Group. Setelah itu, mereka akan pindah ke pabrik baru di Bago, 80 km dari Yangon. Sebetulnya, rencana ini telah mereka wacanakan ke publik sejak tiga tahun lalu.

Toru Hasegawa, Presiden Nissan Motor Asia Pacific, mengaku senang dengan kemajuan ini. "Nissan senang memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dari pertumbuhan otomotif baru di Myanmar," ujarnya.

Pengumuman ini dilakukan pasca Nissan melaporkan melemahnya permintaan di Thailand dan Indonesia, pusat otomotif terbesar yang ada di Asia Tenggara.

Nissan akan melatih 200 pekerja di sebuah pusat pelatihan di Malaysia. Mereka nantinya akan menjadi tulang punggung produksi mobil yang ditargetkan mencapai 10 ribu unit per bulan.

Sampai saat ini, yang belum jelas dari strategi Nissan tersebut adalah apakah hasil produksi nantinya akan ditujukan untuk pasar domestik saja atau ekspor.

Sekadar informasi, masuknya Nissan ke Myanmar hampir bersamaan dengan perubahan sosial politik yang terjadi di sana. Saat masuk ke Myanmar pada 2013, negara itu baru dua tahun melakukan reformasi politik dan ekonomi, setelah hampir lima dekade dikuasai junta militer.

Saat junta militer memerintah, pajak impor sangat besar, serta adanya sanksi internasional. Ini membuat sebagian besar orang tak mampu membeli mobil. Setelah reformasi, perubahan mulai terjadi dan permintaan terhadap mobil meningkat pesat.