Sukses

Ternyata, ECU Daytona Hasil Karya ITS Surabaya

Sejumlah produk ECU keluaran Daytona merupakan hasil karya mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah produk ECU keluaran Daytona merupakan hasil karya mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Demikian diungkapkan oleh dosen sekaligus kepala tim pengembangan mobil listrik ITS Muhammad Nur Yuniarto.

Diceritakannya, produk itu lahir ketika ITS mengikuti Shell Eco Marathon 2010. Untuk melakoni kompetisi itu, timnya menggunakan mobil yang memakai sistem injeksi dan membeli ECU dari sebuah perusahaan asal  Australia.

"Kita itu satu-satunya tim yang pakai sistem injeksi. Kami pakai lima unit untuk riset engine dan sempat meledak di Malaysia," kata dia.

Karena meledak, ia bersama timnya mengembalikan ke produsen karena garansi. Tapi, Nur kecewa, ketika mesin yang meledak itu kembali didapati sudah dibongkar.

"Sudah dibor sana-sini. Saya selaku akademisi sakit hati. Dari situ sejak 2010-2013 kita fokus untuk bikin ECU sendiri," ucapnya

ITS lanjut Nur, punya PT IQUTech-e Indonesia yang fokus mengembangkan ECU dan engine diagnostic. "Kami suka ikut road race. ECU buatan kami dipasang dan hasilnya bagus," kata Nur.

Singkat cerita, produsen komponen aftermarket Jepang, Daytona, mendatangi PT IQUTech-e Indonesia. Mereka tertarik dengan ECU garapan mahasiswa ITS.  "Awalnya mereka mau beli perusahaan. Tapi saya jawab, tak dijual dengan harga berapa pun," kata dia.

Mereka akhirnya memutuskan akan meniagakan ECU buatan mahasiswa ITS dengan merek Daytona. "Orang Jepangnya langsung datang ke sini, mereka ambil sampel dan diuji di sana," tuturnya.

"Saat diuji di Jepang ada satu kelemahan. Dibandingkan ECU Jepang, komponen kami punya kelemahan akselerasi setelah menikung. Mereka punya data logger dan hasilnya kita improve untuk melebihi kemampuan kami," dia menambahkan. Sejak itulah ECU buatan mahasiswa ITS diniagakan Daytona.

`Manfaatkan` perusahaan asing

Menurut Nur, Indonesia punya potensi dalam pengembangan industri otomotif. Meskipun akan berbenturan dengan perusahaan asing, ia menyarankan untuk melakukan sinergi.

"Mereka punya alat yang kita nggak punya. Tapi dari situ ada feedback yang bisa digunakan untuk improve produk," ucapnya.

Sekalipun produksi ECU dilakukan di fasilitas produksi Daytona, Nur menegaskan bahwa pemrograman harus tetap dilakukan oleh PT IQUTech-e Indonesia. Ia mengatakan, data terakhir ECU Daytona garapan ITS terjual 1.500 per tahun.

Sekadar informasi, ECU Daytona untuk Yamaha R25 dibanderol pada kisaran harga Rp 3 jutaan.