Sukses

Transformasi Gaya Balap Valentino Rossi

Valentino Rossi adalah pembalap cerdas. Ia bisa menyesuaikan gaya balap dengan motor. Karena itu Rossi masih digdaya hingga saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Valentino Rossi adalah legenda hidup MotoGP. Pria kelahiran 1979 ini telah tujuh kali mencicipi manisnya menjadi juara ajang balap motor tertinggi di dunia itu. Bahkan Rossi menjadi juara berturut-turut pada 2001 hingga 2005.

Lantas, apa sebetulnya yang membuat The Doctor begitu digdaya? Menurut Kevin Cameron, jurnalis dari cycleworld.com, jawabannya terletak pada kemampuan Rossi untuk menyesuaikan diri, termasuk soal gaya balapan.

Cameron menulis, Rossi pada 2002 adalah seorang pembalap yang punya gaya `Eropa Klasik`. Ciri khasnya, saat ia menikung maka bagian bokongnya sedikit keluar, tetapi bagian atas tubuh tetap sejajar dengan tangki. Ia juga sering menaikkan ban belakangnya dulu sebelum melakukan pengereman.

Selain itu, karakter Rossi juga tidak agresif. Ia lebih memilih terus membayangi lawan yang ada di depannya. Ia menunggu untuk dua momen pada saat itu, pertama sampai ban lawannya mulai tidak maksimal, dan kedua saat lawannya melakukan kesalahan.

Dengan kata lain, Rossi sedari awal memang lihai memainkan faktor psikologis lawannya. Rossi memaksa lawan di depannya untuk membagi perhatian antara menjaga kecepatan dan mempersiapkan diri jika mulai `diserang`.

Gaya ini sedikit berubah kala Rossi bermain untuk tim Ducati. Gaya Rossi yang lama tak bisa dipertahankan lagi sejak ia bergabung dengan Yamaha.

Tibalah pada 2014. Saat itu Rossi mulai gaya balap barunya. Rossi lebih sering masuk ke tikungan dengan sudut kemiringan cukup besar. Ia baru akan merebah secara maksimal hanya pada zona apex, yaitu titik tersempit di tikungan sebelum lintasan lurus untuk kembali berakselerasi secara maksimal. Badannya pun condong ke arah cornering.

Beberapa orang mengatakan bahwa posisi tubuh ini lean angle-nya tidak terlalu miring. Tapi Rossi menepisnya dengan mengatakan bahwa justru dengan posisi itulah kecepatan saat cornering meningkat.

Rossi juga mengaku bahwa posisi tersebut mirip gaya Marc Marquez. "Memang sedikit mirip Marquez, tapi tidak persis sama, karena kaki saya terlalu panjang," ujarnya. Ia memang banyak belajar dari pembalap lain yang lebih muda.

Di tahun 2016 ini, Valentino Rossi masih berjuang untuk merebut tahta juara MotoGP kedelapan. Sampai GP Catalunya berakhir, Rossi masih bercokol di posisi ketiga dengan 103 poin berkait dua kemenangan yang berhasil diperoleh. Akankah ia berhasil?