Liputan6.com, Tokyo - Pada persentasi bisnis untuk pasar ASEAN di Jepang, Hiroshi Inoue, Eksekutif Mazda untuk pasar negara berkembang mengatakan alasan mengapa perusahaannya menghindari buat mobil murah.
"Perusahaan kecil seperti Mazda tidak mampu mendiversifikasi portofolio produk untuk memenuhi pasar yang berbeda, karena tak punya dana untuk melakukannya," ujar Inoue, dikutip dari paultan.org, Selasa (2/8/2015).
Ia menambahkan, jika ingin memaksa membuat mobil murah ramah lingkungan, maka Mazda harus memformulasi ulang investasinya. Jalan ini tentu tak dipilih, sebab mereka lebih memilih menggunakan dana yang ada untuk mengembangkan mesin SkyActiv yang baru.
Advertisement
Baca Juga
Mesin ini akan disematkan pada model CX-5, serta model-model lain di masa mendatang. Model ini akan konsisten menggunakan bahasa desain yang disebut dengan 'Kodo'.
Strategi lain yang dilakukan Mazda justru adalah mengembangkan mobil yang lebih premium dan berteknologi tinggi. Strategi ini memang cukup berhasil. Jika dilihat dari penjualan, maka kenaikan mereka memang cukup signifikan.
Misalnya, pada 2014, penjualan Mazda di ASEAN hanya sekira 78 ribu unit. Jumlah ini naik signifikan menjadi 102 ribu unit satu tahun setelahnya.
Artinya, ada kenaikan hingga 24 ribu unit di sana. Tentu ini berbeda 180 derajat dengan pabrikan Jepang lain. Mereka sedang sibuk membuat mobil kecil, murah, dan hemat bahan bakar untuk pasar ASEAN.
Ini juga ditunjang oleh kebijakan negara yang bersangkutan. Misalnya di Indonesia, kebijakan yang dimaksud adalah mobil Low Cost Green Car (LCGC), yang bermesin tak lebih dari 1,2 liter.
Terbaru adalah Toyota Calya dan Daihatsu Sigra, yang baru saja diperkenalkan ke hadapan wartawan hari ini (2/8/2016).