Sukses

Serikat Pekerja Hyundai Mogok Seharian Penuh

Serikat pekerja Hyundai Motor Korea Selatan menggelar aksi mogok nasional satu hari penuh pada Senin kemarin (26/9/2016).

Liputan6.com, Seoul - Serikat pekerja Hyundai Motor Korea Selatan menggelar aksi mogok nasional satu hari penuh pada Senin kemarin (26/9/2016). Ini adalah mogok penuh pertama yang terselenggara sejak 12 tahun terakhir.

Melansir Reuters, Selasa (27/9/2016), sebelum mogok nasional ini mogok di dalam pabrik dengan durasi beberapa jam juga telah digelar. Setelah mogok penuh kemarin, serikat berencana menggelar mogok di pabrik lagi hingga minggu depan. "Tergantung bagaimana respons perusahaan," ujar juru bicara serikat pekerja, Jang Chang-yeal.

Ada sekira 50 ribu pekerja yang turut serta dalam pemogokan yang melumpuhkan tiga pabrik sekaligus. Tiga pabrik ini, tulis sumber yang sama, adalah basis perakitan Hyundai di dunia, dengan kontribusi penjualan hingga 40 persen tahun lalu.

Pemogokan ini dilakukan setelah tidak bertemunya kepentingan antara serikat dan manajemen perusahaan. Para pekerja meminta kenaikan upah sebesar 7,2 persen, termasuk pemberian bonus sebesar 30 persen dari keuntungan yang diterima Hyundai tahun lalu.

Selain soal upah, pemogokan itu juga dipicu oleh pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah pekerja sejak Juli lalu.

Pemogokan sepanjang hari kemarin diprediksi membuat pabrikan terbesar di Korea Selatan sekaligus terbesar kelima di dunia itu kehilangan potensi produksi 114 ribu unit kendaraan dengan nilai 2,5 triliun won atau setara Rp 29,48 triliun. Di hari yang sama saham Hyundai pun berakhir pada 140.500 won atau turun 1,1 persen.

Manajemen Hyundai sendiri mengatakan bahwa mereka kecewa atas pemogokan tersebut. Namun, mereka berjanji akan menyelesaikan masalah ini secepatnya. "Kami berupaya menyelesaikan masalah ini," ujar juru bicara perusahaan.

Pemerintah Korea Selatan pun turut mendesak Hyundai untuk sesegera mungkin menyelesaikan masalahnya dengan para pekerja. Menurut mereka jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka akan berdampak negatif bagi ekspor.Â