Sukses

Harga dan Kualitas BBM Pertamina Tak Sebanding?

KPBB menyebut bahwa kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia dan kualitasnya manipulatif

Liputan6.com, Jakarta - Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) merilis bahwa kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia dan kualitas masih manipulatif. KPBB menilai Pertamina dan negara telah melanggar hukum.
‎
Direktur Eksekutif‎ KPBB Ahmad Safrudin menyatakan,  dalam mentukan harga BBM diduga ada permainan yang dilakukan antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan Pertamina.

"Ini karena harga BBM di Indonesia memiliki patokan ‎international Mops (Mean Oil Platt Singapore), namun sayang harga Mops sebagai patokan sementara kualitas BBM lebih rendah," ungkap Ahmad kepada wartawan di kantor KPPB, Thamrin, Jakarta beberapa waktu lalu.

Pria yang akrab disapa Puput ini juga menyatakan, kecurangan terjadi dalam menentukan harga BBM yang dipasok ke seluruh Indonesia ‎dengan harga yang berbeda. Sebaliknya, seharusnya harga yang disalurkan mulai dari Sabang-Merauke dibanderol sesuai standar nasional alias sama.

Kata Puput, BBM saat ini yang ada di Indonesia memiliki kandungan sulfur di solar 100-200 ppm, lalu solar subsidi di atas 2.000 ppm, kemudian solar Pertamina Dex 500 ppm, Dexlite 1.000 ppm.

Lain halnya dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Filiphina dan Vietnam yang menerapkan Euro 4 dengan kandungan sulfur 50 ppm. Sedangkan Singapura, Australia, Amerika dan Eropa Euro 6 standar kandungan sulfurnya 10 ppm.‎ Sontak saja dengan harga yang lebih mahal, tetapi kadar BBM rendah.‎

Puput juga membandingkan harga BBM berdasarkan Mops sebelum dikenakan pajak sesuai kebijakan fiskal, yaitu sebagai berikut:

Indonesia harga bensin Rp 5.200, solar Rp5.200 namun spesifikasinya Euro 1. Sedangkan harga bensin Malaysia Rp‎ 4.060, diesel Rp 3.841 namun spesifikasinya menggunakan Euro 4.

Hal serupa bahkan terjadi di Australia, dengan BBM jenis bensin Rp 5.684, dan solar Rp 5.390, tetapi spesifikasi bahan bakar menerapkan Euro 6.‎
‎
Menanggapi hal tersebut, VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro ikut angkat bicara. Menurut dia, saat untuk membuat bahan bakar jenis apapun, baik Ron 88 hingga Pertamax Turbo, Pertamina memiliki takaran spesifikasi sulfur yang sudah disesuaikan.

"Harga index pasar kami sudah sesuaikan, bahkan kami juga dua minggu sekali me-review soal harga," ujar Wianda saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (3/1/2017).

Menurut dia, Pertamina tidak pernah memaksakan masyarakat untuk membeli BBM. Namun,  lanjutnya, saat ini masyarakat telah merasakan sendiri bagaimana kualitas yang terus diperbarui Pertamina.
‎
Setiap produk yang dibuat Pertamina, kata Wianda, tidak dibuat sembarangan, tetapi, telah melalui serangkaian uji tes di laboratorium yang disesuaikan dengan standar.

"Ini juga mengacu pada kredibilitas kami dan mengacu pada kredibilitas lab," ujarnya.