Liputan6.com, Jakarta - Keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa atau Britain Exit (Brexit) di 2016 lalu disebut tak hanya pengaruhi kondisi politik, dan ekonomi, tetapi juga sektor otomotif.
Bagi industri kendaraan bermotor, keluarnya Inggris tentu bisa saja menjadi pukulan karena berbagai aturan perihal jual beli kendaraan yang keluar dari Inggris ke Eropa maupun sebaliknya, mengalami perubahan.
Advertisement
Baca Juga
Inggris sendiri memiliki beberapa merek otomotif, seperti pada mobil terdapat Jaguar, Land Rover, MINI, McLaren, Morgan, Rolls-Royce, Lotus, Aston Martin, hingga Austin-Haley.
Selain merek dalam negeri, ada juga beberapa pabrikan otomotif Jepang, juga membuat jalur produksi di negeri Ratu Elizabeth, mulai dari Toyota, Honda Nissan, dan lainnya. Semua merek tersebut memang dijual di Eropa dan Inggris.
Lantas apakah dengan Brexit ini berpengaruh pada penjualan mobil di Indonesia?
Menanggapi hal tersebut, Chief Operating Officer PT Wahana Auto Ekamarga (WAE), Roland Staehler, mengatakan, bahwa hingga saat ini peristiwa tersebut belum mempengaruhi ke Indonesia, khususnya untuk penjualan Jaguar, Land Rover dan Bentley.
“Karena kami tidak ada perjanjian European Exchange dengan Indonesia,” jelas Roland saat ditemui di dealer Jaguar-Land Rover, di Jalan Sultan Iskandar Muda, Jakarta, Kamis (26/1/2017).
Sebaliknya, jika di 2020 terjadi kerjasama (Indonesia) dengan European soal free foreign exchange, sementara Inggris tidak termasuk di dalamnya, maka hal itu itu akan menjadi salah satu hambatan. Sedangkan brand Eropa lainnya, lanjut dia, memiliki keuntungan dengan hal itu.
Sementara menurut Director of Wholesales and Training PT WAE, Bambang Tjahyono, selama 2016, penjualan Jaguar, Land Rover dan Bentley, ditengah kondisi sulit, produk yang berhasil terjual cukup memuaskan.
“Jaguar sekitar 50 unit, Bentley sekitar 15 unit, dan sisanya Land Rover,” ucapnya. Di tahun ini, kata Bambang, PT WAE akan menargetkan penjualan 200 unit, dengan komposisi 60 unit Jaguar, 15 unit Bentley, dan 125 Land Rover.