Liputan6.com, London - Bagi para pekerja di kota besar seperti Jakarta, kemacetan adalah hal biasa. Sepeda motor dan mobil saling beradu berebut ruang. Tidak ada yang mau ngalah, sehingga jadi wajar tingkat stres pun tinggi.
Menariknya, survei baru mengatakan, meski sama-sama mengalami stres, namun tingkat stres pengendara motor lebih rendah ketimbang pengendara mobil, bahkan pengguna kendaraan lainnya, termasuk mereka yang menggunakan transportasi publik.
Baca Juga
Melansir visordown, Jumat (7/4/2017), survei yang digelar perusahaan asuransi sepeda motor Lexham ini menyebut, tingkat stres pengendara motor hanya 6 persen saja.
Advertisement
Tingkat stres pengendara mobil bahkan mencapai 41 persen, paling tinggi ketimbang pengguna kendaraan lain. Tingkat stres pengguna bus 37 persen, kereta 35 persen, bahkan pengguna sepeda mencapai 8 persen.
Hal ini secara empiris memang kita rasakan sehari-hari. Jika macet, misalnya, pengendara motor masih bisa meliuk-liuk menembus jalan, sementara pengendara mobil tidak. Dan pengguna kereta, kerap mengeluh soal kereta yang anjlok, gerbong yang terlalu padat di jam-jam tertentu, bahkan hingga persoalan kecopetan.
Survei ini mengikutsertakan 2.000 orang Inggris sebagai responden. Dalam surveinya, Lexham menanyakan pertanyaan sederhana kepada para responsen, "metode berkendara seperti apa yang Anda pikir paling bikin stres?" Dan inilah hasilnya.
Juru bicara perusahaan mengatakan, hasil ini cukup menggambarkan kondisi sebenarnya di jalanan Inggris. "Hasil ini menunjukkan bahwa mengendarai motor enam kali lebih tidak bikin stres ketimbang naik mobil," terang jubir tersebut.