Liputan6.com, Mumbai - Setelah Tiongkok menyatakan secara resmi untuk mendorong pertumbuhan mobil listrik, kini giliran India mengekor kebijakan pemerintah Negeri Tirai Bambu tersebut.
Dikutip Reuters, Minggu (14/5/2017), jika pemerintah China menargetkan mobil listrik terjual setidaknya 1/5 dari proyeksi penjualan mobil sebesar 35 juta unit pada 2025, India memiliki target yang lebih signifikan lagi.
Dari draft peta jalan industri otomotif Negeri Bollywood, menargetkan untuk mendukung semua pabrikan yang memproduksi mobil listrik pada 2032.
Advertisement
Baca Juga
"Kita akan lihat perubahan yang jelas pada mobil listrik. Hal ini didorong dari peraturan mobil listrik yang akan datang. ini bukan ceruk lagi," jelas Wilco Stark, Vice President Strategi dan Perencanaan Product Daimler.
Daimler melihat, penjualan mobil listrik akan menyumbang 15 sampai 20 persen dari keseluruhan penjualan mobil pada 2025. Setidaknya, ada tambahan 10 pesen dari penjualan kendaraan hibrida.
"Teknologi bergerak cepat, dalam 10 sampai 15 tahun, pasar mobil bensin tidak akan sama seperti saat ini," pungkas Dawood Nassif, Board Director BAPCO.
Namun, seperti halnya negara berkembang lain, keberadaan mobil listrik di India juga masih akan terganjal rintangan yang tidak mudah. Biaya baterai yang tinggi, harga jual mahal, dan infrastruktur masih menjadi masalah yang membuat pabrikan tidak bersedia berinvestasi, dan membuat mobil listrik
Untuk diketahui, keputusan pemerintah Tiongkok dan India mendorong berkembangnya mobil listrik, untuk mengendalikan polusi yang semakin parah. Selain itu, hal ini juga untuk mendorong kedua negara untuk bisa mengambil potongan 'kue' mobil listrik yang berkembang begitu cepat.
Jadi, kapan Indonesia menyusul India dan China?