Liputan6.com, California - Sebuah riset yang dikeluarkan organisasi keselamatan berkendara Insurance Institute for Highway Safety (IIHS)Â menunjukkan bahwa ada hubungan antara ekonomi yang membaik dengan tingkat kecelakaan.
Patut dicatat terlebih dulu, riset-riset ini mengambil seluruh data dari kondisi di Amerika Serikat (AS), sehingga bisa jadi tidak berlaku di negara lain.
Dalam riset itu, ditemukan bahwa kematian lalu lintas yang semakin tinggi adalah turunan yang dapat diprediksi dari ekonomi yang membaik. Saat pengangguran turun, rata-rata kendaraan bakal melaju lebih jauh dan kecelakaan akan meningkat.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip Automotive World, disebutkan bahwa dalam kondisi ekonomi yang kuat, orang akan cenderung lebih banyak menyetir, dari mulai untuk hal yang penting sampai untuk hal-hal yang tampak remeh seperti makan malam atau liburan.
Dengan menggunakan data antara kematian lalu lintas dan pengangguran sejak tahun 1990, ditemukan bahwa penurunan tingkat pengangguran dari 6 persen ke 5 persen terkait dengan kenaikan 2 persen terhadap kematian di jalan raya.
Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, diperkirakan akan ada kenaikan korban tewas di jalan raya antara tahun 2014 yang lalu sampai 2024.
Disebutkan, pada 2024 akan ada kasus kematian di jalan sebanyak 34.400, naik dibanding tahun 2014 lalu sebesar 32.744. Angka ini mengalami kenaikan karena terjadi tingkat penurunan pengangguran sebesar 1,2 persen tiap tahunnya dalam periode tersebut.
Charles Farmer, IIHS Vice President for Research and Statistical Services, mengatakan bahwa hasil riset ini jadi bukti bahwa untuk meminimalisir kecelakaan tidak bisa semata mengandalkan teknologi. Masalah-masalah klasik soal perilaku pengendara itu sendiri juga harus tetap diperhatikan.
"Perbaikan dalam teknologi kendaraan memang penting. Tapi kami juga perlu mengatasi masalah lama seperti ngebut dan berkendara saat tidak konsentrasi," ujarnya.