Sukses

Superdiesel, Peluang Mesin Diesel Bertahan Hidup

Perusahaan komponen otomotif asal Jerman, Continental, mengembangkan teknologi mesin diesel baru yang diklaim lebih bersih 60 persen.

Liputan6.com, Hanover - Perusahaan komponen otomotif asal Jerman, Continental, mengembangkan teknologi mesin diesel baru yang diklaim lebih bersih 60 persen dibandingkan dengan diesel standar.

Melansir autoexpress.co.uk, Senin (10/7/2017), kunci dari keberhasilan improvisasi mesin tersebut adalah penggunaan catalytic converter yang menggunakan listrik 48V.

"Alih-alih catalytic converter normal yang mengandalkan mesin untuk meningkatkan suhu, katalis kami bergantung pada listrik 48V. Karena pakai itu, katalis kami memanas lebih cepat dan memungkinkan pengurangan NOx lebih tinggi," ujar Johannes Drechsel, Development Engineer Continental.

Suhu yang tinggi memang kunci untuk mengurangi emisi. Dalam berbagai riset, telah ditemukan bahwa untuk mengurangi racun yang keluar dari knalpot, maka perlu diusahakan adanya reaksi antara gas CO dan gas NO, serta reaksi antara gas NO2 dengan hidrokarbon.

Masalahnya, reaksi tersebut hanya dapat terjadi pada suhu yang sangat tinggi. Sementara, di satu sisi, dalam suhu yang tinggi itu, mesin kendaraan tidak bekerja efektif. Karena itu, perlu adanya katalis yang dapat mempercepat reaksi yang dimaksud. Katalis itulah catalytic converter.

Drechsel menyebut, saat ini memang sudah ada beberapa katalis yang pakai listrik 12V. Namun, angka itu masih lebih rendah ketimbang teknologi Continental yang mengandalkan listrik 48V.

Ia menambahkan, dengan penemuan ini, maka sangat mungkin kalau mesin Diesel akan terus berkembang pada masa depan. Sebelumnya, banyak orang sanksi dengan diesel. Mesin ini disebut lebih kotor ketimbang mesin bensin, apalagi setelah terbongkar skandal Dieselgate.

"Mobil diesel akan terus memainkan peran di masa depan, tapi harus bersih. Teknologi semacam ini akan membantu memastikan diesel punya masa depan," sambung Drechsel.

Teknologi ini dikatakan bakal diperkenalkan ke publik dalam waktu dekat. Sementara, tidak disebutkan kapan ia diterapkan di mobil biasa.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini: