Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan ingin menerapkan konsep tabung gas elpiji untuk pengisian daya mobil listrik. Maksudnya, pengisian daya tidak dengan isi ulang, tetapi dengan cara bongkar pasang baterai.
"Kalau isi ulang semalam, masa orang nginep di pom bensin, ngawur aja. Tuker gitu loh, baterainya dilepas, yang kosong taruh, ambil yang baru, yang sudah ada tenaganya taruh di sini. Bayar," kata Jonan dalam salah satu acara yang dihelat di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (19/7).
Sekilas memang masuk akal. Tapi kenyataannya tidak bisa semudah itu.
Advertisement
Faktanya, hampir semua pabrikan di dunia tidak ada yang menyediakan paket ganti baterai yang dapat dilakukan sendiri seperti itu. Apa yang dilakukan pabrikan semacam BMW, atau Tesla, adalah bagaimana baterai mobil listrik lebih tahan lama, tetapi dengan durasi isi ulang yang semakin cepat.
Tidak ada opsi mencopot baterai dan menggantinya dengan baterai yang sudah terisi penuh.
Baca Juga
John Voelcker, Senior Editor Green Car Report, yang juga lulusan teknik industri dari Stanford University, menyebut bahwa setidaknya ada tiga alasan mengapa hal tersebut sulit direalisasikan.
Pertama, baterai dan perangkat pendukungnya adalah bagian dari kekayaan intelektual yang penting bagi pabrikan otomotif yang membuat mobil listrik. Mereka tidak akan mungkin membeberkan begitu saja detail baterainya agar dapat diduplikasi hanya demi isi ulang yang lebih cepat.
"Pembuat mobil masing-masing memiliki peralatan, arsitektur, atau platform mereka sendiri yang berbagi komponen di banyak mobil --dan mereka merancang paket baterai yang sesuai dengan itu. Memasukkan baterai yang dikembangkan orang lain akan memberi batasan yang signifikan mengenai bagaimana mereka bisa mengatur komponen, struktur, dan sejenisnya," ujar Voelcker.
Kedua, mencopot baterai mobil itu sangat sulit. Tidak seperti tabung gas, baterai mobil tidak bisa begitu saja dicopot dan dipasangkan kembali.
Voelcker berargumen bahwa pabrikan akan menghindari membuat mobil listrik dengan baterai yang bisa dibongkar pasang. Pasalnya, batasan dalam perancangan mobil akan semakin banyak.
Contohnya saja Renault Fluence ZE, satu-satunya mobil listrik yang baterainya bisa dicopot. Hasilnya, di mobil ini tidak ada komponen pendingin cair karena memang tidak mungkin untuk dipasang.
Better Place, satu-satunya perusahaan yang memasok baterai dan infrastruktur pemasang baterai untuk mobil itu, bahkan bangkrut karena ternyata bisnis ini perlu modal sangat besar.
Terakhir, alasan paling sederhana adalah karena baterai itu sangat berat, sehingga tidak bisa diganti secara manual. Kalaupun pakai alat, biaya bikin alatnya sangat besar. Satu-satunya perusahaan yang pernah bermain di segmen itu sekarang sudah bangkrut.
Â
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini: