Liputan6.com, Tangerang Selatan - Tak dapat dipungkiri, penjualan otomotif di Indonesia masih didominasi segmen MPV (Multi Purpose Vehicle). Kabin yang luas dan mampu menampung 7-8 penumpang menjadi alasan mobil ini banyak dilirik.
Bahkan selama periode Januari-Juli 2017, segmen mobil keluarga ini market sharenya mencapai 44 persen. Sedangkan di periode yang sama di tahun lalu sebanyak 36 persen.
Advertisement
Baca Juga
Namun demikian, kendaraan MPV saat ini masih menggunakan mesin konvensional berbahan bakar bensin. Sedangkan pemerintah mengembangkan regulasi perihal kendaraan listrik.
Hal ini pula yang membuat tanda tanya, apakah di masa yang akan datang MPV di Indonesia harus menerapkan teknologi listrik.
Menanggapi hal tersebut Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto angkat bicara. Menurut dia, bukan tidak mungkin jika MPV masih akan menjadi idola di masa yang akan datang.
Hanya saja, lanjut dia, MPV masih bisa bertahan di pasar nasional selama market yang diinginkan konsumen belum bergerak dan bertahan seperti saat ini.
“MPV pakai listrik bisa loh, karena MPV itu bentuknya, listrik itu engine-nya. Jadi kalau suatu saat mobil harus pakai listrik, bentuknya MPV ya bisa,” ungkap Jongkie saat ditemui Liputan6.com, di ICE, BSD, Tangerang Selatan, Sabtu (19/8/2017).
Jongkie mencontohkan, bahwa di negeri Ratu Elizabeth, Inggris, akan ada regulasi di mana pada tahun 2040, mobil konvesional berbahan bakar fosil dilarang.
Sebaliknya, Inggris akan menerapkan semua kendaraannya harus berdaya listrik, baik itu jenis sedan, MPV atau SUV.
“Kalau buat Indonesia? Market berubah, kita tidak tahu, kalau Anda berbicara listrik 10 tahun lalu, kemungkinan market berubah, ini yang harus kita antisipasi,” ucap Jongkie.
Di waktu yang berbeda, Direktur Administrasi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam mengungkapkan, secara teknologi, MPV berdaya listrik memungkinkan.
“Orang kendaraan seperti truk listrik saja sekarang ada yang pakai listrik. Jadi secara teknologi bisa,” ujar Bob.
Hanya saja Bob rupanya kurang optimis, jika kendaraan listrik bisa diterapkan di Tanah Air untuk jangka waktu dekat. Dia melihat, Indonesia masih belum memiliki persiapan seperti infrastruktur dan daya listrik yang memadai.
“Yang bisa diterima konsumen itu seperti apa? Kalau ngecas 8 -10 jam? Repot lah, entar kata pa JK (Jusuf Kalla), malam-malam mati listrik, karena nge-charge semua. Itulah yang menentukan. Jadi bukan karena mobilnya, tapi karena infrastrukturnya,” tuturnya.
Seperti diketahui, beberapa produsen otomotif global memang berlomba menghadirkan mobil listrik. Akan tetapi mobil yang dirakit merupakan jenis sedan, citycar dan SUV. Sedangkan MPV tidak terdengar.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini: