Sukses

Dua Tonggak Penting Industri Otomotif Indonesia

Semisal usaha membuat mobil nasional di bawah komando Tommy Suharto di medio 1990-an yang kemudian gagal.

Liputan6.com, Jakarta Industri otomotif Indonesia punya sejarah yang cukup panjang. Dan sejak saat itu beragam peristiwa telah terjadi. Semisal usaha membuat mobil nasional di bawah komando Tommy Suharto di medio 1990-an yang kemudian gagal.

Menurut Christianto Wibisono, setidaknya ada beberapa tonggak penting dalam sejarah industri otomotif Indonesia. Pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) itu bilang sejarah otomotif Indonesia tidak bisa dilepaskan dari General Motors (GM) dan Astra.

"Pertama General Motors (GM), yang berani buat pabrik di sini pada 1927, dan Astra, perakitan kedua setelah GM," terangnya, dalam acara dalam acara "Seabad Industri Otomotif Indonesia" yang digelar di Jakarta, Selasa (28/8/2017).

Cikal bakal GM dapat ditelusuri hingga tahun 1927 lewat perusahaan terbatas NV General Motors Java Handel Maatschappij (NVGMJHM). Dua tahun setelahnya, GM pertama kali memperkenalkan mobilnya yang bermesin 6 silinder.

Karena banyaknya permintaan terhadap Chevrolet, GM akhirnya memutuskan untuk membangun pabrik Chevrolet di Tanjung Priok pada tahun 1938. Pabrik Chevrolet ini kemudian menjadi pabrik mobil pertama di Nusantara (dan Indonesia).

Saat Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942, N.V General Motors berhenti karena seluruh kegiatan perekonomian dipusatkan hanya untuk membantu Jepang memenangkan perang. Selain itu, sebelumnya juga Belanda telah memporakporandakan pabrik.

Meskipun begitu, kegiatan operasional GM tidak berhenti. Mereka tetap mempertahankan perusahaan dengan mendirikan cabang di Batavia, General Motors Overseas Operations.

Kemudian Astra. Perusahaan ini didirikan oleh William Soerjadjaja, sebelumnya bernama Kian Liong, beserta dua saudaranya. Pada 1957, William membeli perusahaan yang sudah tidak beroperasi tapi masih memiliki hak impor. Setelah jadi pemasok lokal dalam proyek Waduk Jatiluhur pada 1962 dan importir 80 ribu ton aspal dari Jepang pada 1966, pada 1969 Astra mulai mengimpor mobil Toyota dan merek lain asal Jepang.

Di tahun yang sama, Willliam membeli bekas pabrik GM yang telah dinasionalisasi menjadi Gaya Motor. Sejak itu Astra terus merangkak dan jadi perusahaan otomotif terbesar di Indonesia.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Pengembangan Industri Otomotif Tak Bisa Lagi seperti Zaman Orba

Kebijakan industri Orde Baru (Orba) ditandai dengan sejumlah proteksi terhadap pengusaha dalam negeri, termasuk di sektor otomotif. Yang paling menonjol tentu saja mobil Timor, yang digawangi oleh anak Suharto, Tommy.

Namun, saat ini kebijakan proteksionis tersebut tidak bisa lagi dilakukan. Hal ini jadi salah satu topik dalam diskusi yang bertajuk "Seabad Industri Otomotif Indonesia" yang digelar Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) di Jakarta, Selasa (28/8/2017).

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronik Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, proteksi seperti pembatasan impor sudah tidak bisa lagi dilakukan. Kesempatan yang sama harus diberikan kepada siapa pun.

Yang dapat dilakukan saat ini, ujar Putu, adalah bagaimana industri lokal mampu bersaing dengan pasar internasional. Sementara untuk menciptakan rantai industri lokal yang kuat, butuh volume permintaan yang besar.

"Kalau dulu pakai regulasi yang sifatnya proteksi. Zaman Suharto masih bisa. Tapi sekarang sudah tidak mungkin diikuti. Bisa dituntut setengah mati kalau buat regulasi tidak transparan," terangnya dihadapan sejumlah pihak, termasuk dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia.