Liputan6.com, Jakarta Bagi sebagian kecil pemilik mobil, mampir ke bengkel adalah hal yang terbilang menyeramkan. Tidak heran, jika ada saja pemilik mobil yang baru memeriksakan mobil ke bengkel saat menemui masalah, terutama masalah rem.
Baca Juga
Advertisement
Namun, sebaiknya Anda menghindari kebiasaan seperti itu, karena komponen mobil seperti sistem pengereman memegang peranan penting, sulit untuk mengendalikan mobil jika peranti yang satu ini bermasalah.
Karena sistem pengereman ini sangat penting, Anda perlu mengeceknya secara berkala. Jika tidak bisa melakukannya sendiri, Anda bisa melakukan pengecekan di bengkel terpecaya. Jika komponen pengereman sudah diperiksa, dan beberapa suku cadang diganti, lalu mekanik menawarkan untuk mengganti minyak rem. Perlukah?
Seperti fluida lainnya dalam sebuah mobil, minyak rem memiliki usia pakai yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kelembaban yang bisa menyebabkan suku cadang lainnya berkarat. Minyak rem dalam kondisi jelek dapat mempengaruhi kekuatan pengereman.
Dikutip dari howstuffworks, lakukanlah penggantian minyak rem setidaknya setiap 48.000 km. Atau Anda tidak perlu menempuh jarak sejauh itu, jika sudah merasakan sistem pengereman bermasalah.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini:
Jangan Tiru Valentino Rossi untuk Urusan Rem Motor
Umumnya pengendara sepeda motor mengerem dengan menekan dua jari, telunjuk dan jari tengah, ke tuas. Teknik seperti ini dirasa paling enak dan nyaman. Dua jari tersebut juga umumnya senantiasa menempel di tuas.
Teknik seperti ini banyak digunakan oleh para pembalap. Valentino Rossi misalnya, biasa pakai tiga jari, sementara Dani Pedrosa memanfaatkan dua jari. Masalahnya, teknik seperti ini salah jika diadopsi di jalan biasa.
"Mungkin banyak yang terinspirasi dari Rossi. Lihat cara dia ngerem, ditiru karena dianggap bagus. Padahal tujuannya beda," ujar Johanes Lucky, Chief Instructor Safety Riding PT Astra Honda Motor (AHM) di Sidoarjo, Selasa (16/5/2017).
Menurutnya, di jalan raya bikers melakukan pengereman agar memperlambat laju kendaraan, bahkan hingga berhenti. Sementara pembalap, apalagi yang sekelas MotoGP, punya tujuan yang agak berbeda.
"Pembalap itu kan mengerem, tapi juga tetap berusaha menjaga putaran mesin. Jadi beda," terangnya.
Advertisement