Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan rombongan Independence Day Journey yang diikuti perwakilan komunitas Toyota Kijang dan Veloz akhirnya kembali ke Jakarta. Para peserta telah menjelajah 3 negara dengan jarak 3.000 km.
Kepulangan rombongan Independence Day Journey mendapatkan berbagai apresiasi, tak terkecuali PT Toyota Astra Motor (TAM) selaku agen tunggal pemegang merek Toyota di Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Kendati kembali ke Tanah Air dengan selamat, namun banyak cerita menarik dirasakan para peserta yang mencapai 45 orang dengan menggunakan empat Avanza Veloz dan tujuh Kijang dari generasi pertama hingga keenam.
Hal yang tak terlupakan dialami Ketua Pelaksana Independence Day Journey, Dimas Rangga Panji. Satu hal yang akan diingat Dimas selama perjalanan yaitu saat mengendarai dua unit mobil Toyota Kijang generasi kedua lansiran 1981 dan Kijang generasi pertama produksi 1977.
Cerita unik namun akan dikenangnya yaitu selama mengendarai Kijang generasi pertama dan kedua, tim tak pernah menggunakan air conditioner (AC).
“AC ada instrumennya bukan tidak ada. Cuma memang enggak dinyalain karena pasti berat (performa mesin) sekali, karena itu pengaruh,” ungkap pria yang akrab disapa Betet kepada wartawan usai perjalanan Independence Day Journey, di Auto2000 Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (5/9/2017).
Menurut Betet, tidak menggunakan AC merupakan salah satu trik ampuh saat mengendarai kedua Toyota Kijang jadul. Sebab, dengan mesin 1,2 liter ditambah kondisi mobil yang uzur, maka akan sedikit sulit menandingi mobil-mobil yang usianya jauh lebih muda.
“Kami pakai AC, mesin 1.200 cc, dan posisi jalan harus jos, itu harus nguber mobil 1.500 cc dan 2.000 cc, yah itu yang ada jadi habis nafas kaya manusia, umur 70 suruh nguber anak 12 tahun. Yah selesai (sulit),” ungkap Betet.
Tidak hanya itu, kejadian yang cukup mengagetkan juga sempat dialami pengemudi Kijang Doyok. Pasalnya, saat mobil dipacu cepat di jalanan kosong terdengan suara keras. Brak.
Ya, ternyata mobil Toyota Kijang Doyok yang kala itu posisi berada di urutan terdepan menghantam sebuah lubang. Alhasil bagian pelek roda depan peyang. Tim sempat berhenti dan menggantinya.
“Dalam (lubang) sih engga, cuma sebesar piring dan dalamnya beberapa cm. Karena ini posisinya dalam kecepatan tinggi dan hujan gede. Alhamdulillah beruntung tidak sampai begitu (terguling),” kata Betet.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini:
Next
Perjalanan Malam Hari Mencekam
Betet yang juga mantan Ketua Komunitas Toyota Kijang Club Indonesia (TKCI) mengatakan, cerita mencekam selama perjalanan sempat terjadi ketika mengendarai Kijang Buaya yaitu kedua lampu utama tak bisa menyala saat malam hari.
Alhasil, selama perjalanan hingga Brunei Darussalam pengemudi yang mengendarai Kijang Buaya harus ekstra hati-hati karena penglihatan terbatas. Beruntung, jalanan di Malaysia hingga Brunei Darussalam dilengkapi lampu penerangan yang memadai.
“Cuma saya mau ralat, itu bukan rusak karena alternator, tapi soket kabel alternatornya copot, mungkin karena lewat gelombang dan non-stop di jalan. Pas dicek di Brunei ternyata emang copot soketnya,” jelas dia.
Tak hanya itu, kendala cuaca juga dialami pengemudi Kijang Doyok dan Kijang Buaya. Sebab, karena tidak menggunakan AC, maka saat hujan di malam hari, penglihatan pengemudi kembali diuji.
Ya, pengemudi dan penumpang Kijang Doyok dan Kijang Buaya harus rajin mengelap kaca untuk menghilangkan embun.
Beruntung, semua peserta sampai dengan selamat sampai Brunei Darussalam dan kembali ke keluarga di Indonesia.
Advertisement