Sukses

Ricky Elson Butuh 10 Ribu Aki buat Kembangkan Selo

Ricky Elson sudah memesan baterai, tetapi dia saat ini barangnya masih tertahan.

Liputan6.com, Jakarta - Lama tak ada kabar, Ricky Elson, rupanya masih tetap berkutat memperjuangkan karyanya, mobil listrik Selo. Hanya saja, untuk mengembangkan mobil Selo, saat ini Ricky mengalami masalah, khususnya aki.

Ya, mobil listrik Selo menggunakan baterai Lithium. Namun pria asal Padang, Sumatera Barat tersebut berencana untuk mengembangkan tenaganya. Maklum, sumber tenaga pada baterai model sebelumnya dianggap masih rendah.

Hanya saja, untuk pengembangan tenaga, produsen dalam negeri yang mendukung pengembangan mobil listrik Selo telah berhenti. Alhasil dia harus mendapatkanya dari luar negeri.

“Lalu sekitar lima bulan yang lalu, saya meminta tolong Pak Dahlan (Dahlan Iskan) untuk pengadaan Battery Samsung INR 18650-25R sebanyak 6000 pcs. Beliau segera memesankan melalui kolega nya,” ungkap Ricky Elson dalam curahan hati melalui akun Facebook yang ditulisnya, Jumat (29/9/2017).

Ternyata, meski sudah dilakukan pemesanan barang yang diinginkan, pria yang ahli dalam teknologi motor penggerak listrik mengaku belum mendapatkannya.

“Di mana? Ga usah nanyalah. Silahkan konfirmasi saja pada para pelaku impor. Apa yang terjadi,” ucap Ricky.

“Kami bukan dalam posisi menyalahkan sesiapa. Memang prosedurnya demikian,” tambah Ricky.

Jika kendala dalam pasokan baterai tertahan, hal itu tentu saja akan menghambat kegiatan pengembangan mobil listrik.

Ricky mempertanyakan, ke mana lagi harus memesan battery atau komponen lain yang diperlukan untuk penelitiannya.

“Via Kemenristekdikti yang katanya memimpin program terbaru pengembangan teknologi kendaraan Listrik Indonesia? Kepada siapa harus mengadu kalau bukan ke pemerintah,” kata Ricky.

“Saya menulis di sini, tandanya saya sudah kehabisan upaya. Yang sanggup saya lakukan. Kami ingin melihat SELO bisa melaju di jalanan negeri ini? Dan kami ingin memperjuangkannya. Apakah teman teman mau juga?” tutupnya.

Ricky mengumumkan adakah pihak yang dapat membantu dirinya untuk mendapatkan beberapa aki yang diperlukan, jumlahnya 10.000-an unit.

Opsi prioritas baterai yang diinginkan Ricky sebagai berikut:

  1. Samsung INR18650-25R
  2. Panasonic NCR18650PF
  3. Panasonic NCR18650B

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Curhat Ricky Elson, Sulitnya Bikin Mobil Listrik di Indonesia

Ricky Elson, pria pencipta mobil listrik Selo dan Tucuxi bersama Danet Suryatama lama tak terdengar kabarnya. Sebab, dia lebih memilih menjauh dari keramaian kota dan menetap di sebuah desa di Ciheras, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, 11 Juni 1980 tersebut kini meyibukan diri dengan ngangon atau berternak dan melakukan berbagai aktifitas bersama warga Ciheras yang dia sebut Lentera Bumi Nusantara.

Sejumlah kesibukannya di Lenteran Bumi Nusantara itu kerap diunggah Ricky Elson ke sejumlah media sosial, termasuk akun Instagram pribadinya.

Namun ternyata, di balik kesibukannya tersebut, pria berkacamata dengan rambut gondrongnya itu masih memikirkan mobil listrik Selo.

“Banyak yang berkomentar, pada saya ‘alah lu kalo mau ngembangin mobil listrik kayak Tesla lah, ga usah ribut ribut, ga ngerepoti pemerintah’. Saya hanya tertawa,” buka Ricky Elson dalam tulisannya di akun Facebook, Jumat (29/9/2017).

Ia mengisahkan banyak hal terutama soal kesulitan pengembangan mobil listrik dalam lini masanya. Ricky menyatakan, ia ingin mengutarakan buah pikirannya dalam hal teknologi mobil listrik, tak mau membahas lebih jauh soal regulasi. Tetapi, Ricky berharap peran serta pihak-pihak terkait untuk memudahkan bagaimana pengadaan beberapa komponen vital dalam pengembangan mobil listrik seperti baterai dan lain-lainnya.

Kata Ricky, tidak hanya dirinya yang merasa kesulitan untuk mendapatkan komponen dan baterai, sebab hal itu dirasakan lima Universitas yang ditunjuk pemerintah dalam Program Pengembangan Mobil Listrik Nasional (MoLiNa).

Ya, pemerintah memang melibatkan lima kampus untuk kajian dan purwarupa proyek mobil listrik, di antaranya Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada, Universitas Negeri Sebelas Maret, dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).

“Apalagi kami, pengembang individual. Yang hanya bermodal semangat untuk membuktikan kita pun bisa. Jangan tanyakan sampai perencanaan untuk bikin pabrik atau kapan penjualannya,” ungkap Ricky. Sayangnya sampai saat ini, Ricky belum memberikan konfirmasi kepada Liputan6.com terkait hal perkembangannya itu.

Lebih lanjut, dia dan rekan-rekannya hanya sekedar ingin membangkitkan semangat generasi muda berkarya di bidang teknologi. Keterbatasan SDM (Sumber Daya Manusia) dan dana sudah pasti. Namun masih terus mencoba.

“Lalu di mana kami butuh dukungan pemerintah. Misal, untuk pengembangan mesin (electric motor), kami harus melakukan benchmark beberapa merk manufaktur yang saat ini Unggul, seperti UQM atau Remy inc.. Atau untuk pengujian performa baterai, harus memilih beberapa vendor, seperti Samsung, Panasonic, Sony atau LG,” kata dia.

Ricky menerangkan, untuk mendapatkan produk-produk yang disebutkan di atas itu rupanya tidak mudah. Bahkan mereka harus menggunakan jasa buyer atau orang orang yang sudah terbiasa mengimpor.

“Lalu mudahkah? Enggak. Ga usah tanyalah cerita kesedihan kami berurusan dengan BeaCukai,” tuturnya.