Liputan6.com, New York - Badan Keselamatan Jalan Raya Amerika Serikat (NHTSA) telah merilis data jumlah kematian dalam kecelakaan lalu lintas, yang meningkat sebanyak 5,6 persen menjadi 37.461 korban jiwa. Dari data tersebut, terjadi penurunan jumlah korban jiwa akibat pengemudi yang mengantuk.
Baca Juga
Advertisement
Melansir Carscoops, Senin (9/10/2017), masih dari data kecelakaan lalu lintas tersebut, terjadi peningkatan korban meninggal dunia dari perilaku sembrono alias sembarangan pengemudi mobil, seperti ngebut, berkendara di bawah pengaruh alkohol, dan tidak menggunakan sabuk pengaman.
Secara khusus, korban jiwa kecelakaan lalu lintas akibat mengantuk turun 3,5 persen menjadi 803 korban jiwa, sedangkan untuk pengemudi mabuk naik 1,7 persen menjadi 10.497 korban jiwa, dan mengemudi dengan kecepatan tinggi naik 4,0 persen menjadi 10.111 korban jiwa.
Data paling menyedihkan dari korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas, bahwa 10.428 korban jiwa tahun lalu karena pengemudi tidak menggunakan sabuk pengaman.
Padahal, menggunakan sabuk pengaman merupakan pekerjaan yang ringan dan sangat efektif mengurangi kecelakaan.
Sementara itu, tahun lalu jumlah kecelakaan roda dua tercatat sebanyak 5.286 kejadian, dan insiden yang melibatkan pejalan kaki sebanyak 5.987 kejadian. Dua jenis kecelakaan ini meningkat sembilan persen, dan terbesar sejak 1990.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sabuk Pengaman di Jok Belakang
Riset terbaru dari Insurance Institute for Highway Safety (IIHS) menemukan bahwa masih banyak orang dewasa tidak menggunakan sabuk keselamatan (seatbelt) saat berada di jok belakang. Padahal itu adalah fitur keselamatan yang paling standar.
Melansir Carscoops, dari total 1.172 responden, IIHS menemukan bahwa 91 persen orang dewasa selalu menggunakan sabuk keselamatan kalau duduk di jok depan. Namun, ketika ada di belakang, jumlahnya menurun menjadi hanya 72 persen saja.
Bahkan, kalau tidak pakai mobil pribadi dan sedang menggunakan taksi seperti Uber, jumlah yang tidak pakai sabuk keselamatan naik signifikan, jadi 80 persen.
IIHS mengatakan, riset mereka jadi bukti bahwa banyak yang masih menganggap remeh fungsi sabuk keselamatan di jok belakang. Banyak yang masih menganggap kalau jok belakang lebih aman.
"Ini menunjukkan kesalahpahaman yang jelas tentang mengapa sabuk pengaman itu penting, tidak peduli di mana seseorang berada di dalam kendaraan," ujar mereka.
Dulu, jok belakang memang lebih aman. Namun, semakin ke sini, risikonya semakin tinggi, sehingga sama dengan duduk di jok depan.
Advertisement