Sukses

Demi Uang, Ferrari Rela Bermain Tanah

Strategi ini bertujuan untuk melipatgandakan profit di tahun 2022.

Liputan6.com, Jakarta CEO Ferrari, Sergio Marchionne semakin mantap untuk meluncurkan crossover pertama berlambang kuda jingkrak. Dilansir Carscoops, Sergio Marchionne masih mempertimbangkan jumlah crossover yang akan dibuat dalam 30 bulan ke depan. Untuk tetap mempertahankan eksklusivitas, Ferrari crossover akan tetap dibuat terbatas.

Belum diketahui filosofi desain seperti apa yang akan diadopsi oleh pabrikan asal Italia ini. Namun, Marchionne menegaskan crossover tersebut akan dibuat dengan cita rasa Ferrari. Kabarnya crossover tersebut merupakan bagian dari rencana pemetaan perusahaan 5 tahun yang akan diperkenalkan dalam waktu dekat.

Dilansir Bloomberg, langkah menambahkan mobil berkabin lapang dengan kapasitas empat orang menjadi salah satu dorongan untuk menyerap lebih banyak pasar dibanding bertahan di pasar ceruk supercar. Tujuan utamanya untuk menggandakan keuntungan pada tahun 2022 mendatang.

Crossover tersebut dikabarkan akan bergaya body coupe dengan ground clearance tinggi dan pintu model suicide. Gopip lainnya yang beredar adalah penggunaan platform aluminium dan ditenagai oleh mesin V8 atau hybrid.

Sementara itu, SUV dari pesaingnya, Lamborghini Urus akan memulai penampilan perdananya pada ajang Sant’Agata Bolognese, Italy, pada 4 Desember mendatang. Lamborghini mengklaim SUV tersebut sebagai Super SUV yang memiliki kelas tersendiri dengan kemampuan off-road di medan pasir .

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Ferrari dan Lamborghini Satu Suara

Ferrari dan Lamborghini mungkin rival abadi. Namun di momen tertentu, mereka bisa jadi satu suara. Contohnya, soal mobil listrik.

Di Frankfurt Motor Show yang dihelat mulai 12 September kemarin, dua eksekutif pabrikan mobil berperforma itu mengatakan belum punya rencana mengembangkan mobil listrik penuh, meski mereka memang sedang mengembangkan mobil sport hybrid.

Yang dimaksud dengan mobil listrik penuh adalah kendaraan yang digerakkan sepenuhnya oleh motor listrik, yang memperoleh energi dari baterai. Sementara mobil hybrid, selain memanfaatkan motor, juga masih mengandalkan mesin sebagai penggerak utama.

Michael Leiters, Chief Technology Offer Ferrari, mengatakan bahwa dia tidak bisa membayangkan bagaimana mobil sport Ferrari bertenaga listrik sepenuhnya dikembangkan menggantikan apa yang ada sekarang, termasuk soal pengalaman berkendara.

"Butuh lebih banyak waktu, inovasi untuk mendapatkan kinerja yang sama, dan yang bahkan lebih menantang lagi, untuk mendapatkan kesenangan berkendara yang sama dengan yang kita miliki saat ini," kata Leiters, dikutip dari Automotive News.

Meski begitu, Leiters tidak menampik bahwa elektrifikasi adalah arah bisnis otomotif secara umum.

Sementara CEO Lamborghini, Stefano Domenicalli, secara garis besar juga sepakat dengan gagasan elektrifikasi itu. Tapi bagi mereka, untuk segmen sport tidak bisa serta merta langsung "melompat" dari mesin konvensional ke motor listrik.

"Saya tidak lihat listrik menjadi perkembangan langsung dari segmen mobil sport super. Tapi hibridisasi pasti akan datang," katanya, di kesepatan yang berbeda.