Liputan6.com, Jakarta Fitur Tyre Pressure Monitoring Systems (TPMS) berperan banyak untuk meningkatkan keselamatan selama berkendara di jalan raya. Fitur ini bekerja dengan mengukur dan mendeteksi perubahan tekanan angin pada ban. Namun, ternyata fitur ini tidak bisa menjadi satu-satunya yang bisa diandalkan karena peranan pengemudi tetaplah penting.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip TyreSafe, TMPS harus dalam keadaan bekerja untuk mendeteksi tekanan angin pada roda. Salah satu cara untuk mengetahui sistem ini bekerja adalah saat menyalakan kontak mobil. Pastikan lambang sistem ini menyala sesaat, lalu mati setelah mesin dinyalakan.
Gagal mengetahui sistem ini bekerja menyebabkan risiko kecelakaan akibat tekanan angin kurang optimal semakin bertambah.
Selain itu, pengemudi harus mengetahui bahwa TMPS memiliki keterbatasan. TMPS tidak dapat mengetahui kondisi ban sebenarnya, seperti kerusakan yang terlihat, maupun sisa telapak ban.
Stuart Jackson, Chairman of TyreSafe, mengatakan, "Pengenalan TPMS menjadi langkah yang penting untuk keselamatan berkendara, tapi pengemudi harus mengetahui apa yang mampu dilakukan dan peringatan yang muncul dari TPMS. Ini menjadi saat yang tepat untuk mempelajari kemampuannya, dan jangan menunggu peringatan darinya mengenai kondisi ban, karena TPMS tidak dirancang seperti itu. Selalu cek kondisi ban, dan pastikan TPMS agar bekerja semestinya."
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dinding Ban Hancur Bukan karena Air Keras, tapi...
Beberapa hari ini, ramai beredar informasi melalui broadcast di grup-grup aplikasi percakapan terkait modus air keras yang ditaruh di botol plastik. Ketika botol tersebut dilindas mobil, ban akan rusak karena terkena air keras.
Dalam foto yang juga tersebar di broadcast tersebut, kerusakan ban akibat air keras itu cukup parah, dengan dinding ban yang pecah dan hancur.
Lalu, benarkah air keras bisa membuat kerusakan parah di ban?
Dijelaskan Zulpata Zaenal, Proving Ground Manager PT Bridgestone Tire Indonesia, air keras memang bisa merusak ban, tetapi hanya bagian yang terkena air kerasnya saja. Namun, jika melihat gambar yang tersebar, dinding ban memang rusak, tapi tapak ban masih mulus.
"Kalau lihat kerusakan, itu bukan karena cairan kimia. Kalau kerusakan ban tersebut, istilahnya bleeding CBU (Cord Broken Up), karena ban dijalankan terus-menerus dalam keadaan kurang angin," jelas Zulpata ketika dihubungi Liputan6.com, Selasa (17/10/2017).
Lanjut pria ramah ini, ketika tekanan angin di ban kurang dan tetap jalan, maka dinding ban bakal kelelahan. Akibatnya, karet hangus dan benang ban bakal putus.
"Kalau misalkan ada botol diisi dengan air keras, pasti telapaknya juga kena, dan di gambar tapaknya sangat mulus. Air keras juga tidak bisa ditaruh di botol plastik biasa, harus botol kaca atau botol plastik khusus," tegasnya.
Advertisement