Sukses

Subaru WRX STI Final Edition, Perpisahan Sang Legenda Reli

Reinkarnasi dari Subaru Impreza yang melambangkan kesuksesan di special stage reli dan legenda reli yang berkompetisi di tingkat dunia.

Liputan6.com, London WRX STI merupakan model legenda di dunia reli. Sebuah reinkarnasi dari Subaru Impreza yang melambangkan kesuksesan di special stage reli dan legenda reli yang berkompetisi mencapai batas kemampuan. Pada 1 November 2017, Subaru UK mengucapkan selamat tinggal kepada WRX STI dengan meluncurkan WRX STI Final Edition.

Mobil edisi terakhir ini hanya dijual 150 unit, sekaligus tanda berakhirnya era WRX STI di UK. Dengan semakin banyaknya model baru, serta penggunaan platform dan powertrain yang semakin berkembang, sudah waktunya Subaru membuka lembaran hidup baru dan membiarkan WRX STI beristirahat.

Final Edition memiliki sejumlah peningkatan di berbagai sektor, menjadikan WRX STI dibanggakan dan sebagai edisi penutup yang tepat untuk mewarisi darah sang legenda.

Performa berkendara semakin meningkat berkat pengaturan elektronik pada Multi-Mode Driver’s Control Centre Differential (DCCD) yang meningkatkan kemampuan menikung. Ukuran pelek menjadi 19 inci dan disematkan rem Brembo, kombinasi tersebut meningkatkan performa dan fade-resistance.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 
2 dari 3 halaman

Sektor Interior

Bumper depan didesain ulang, sedangkan gril bagian bawah dicat berwarna hitam. Ukurannya menjadi lebih besar untuk memberikan asupan udara segar ke dalam ruang mesin, serta mengoptimalkan pendinginan. Emblem Final Edition disematkan pada bagian pintu.

Bagian interior disematkan nuansa hitam pada panel instrumen, tuas transmisi, panel pintu, dan lingkar kemudi dengan tambahan jahitan merah. Kedua bangku depan dilengkapi pemanas, dan layar infotainment kini mengadopsi ukuran 5,9 inci dengan fitur kamera mundur.

WRX STI Final Edition dibanderol dengan harga £33,995 (setara Rp 612 juta).

3 dari 3 halaman

Ada Eyesight, Subaru Belum Terapkan Swakemudi Penuh

 

Pada saat para pabrikan raksasa berlomba-lomba menciptakan sistem otonomos yang dapat berfungsi tanpa interaksi dari pengemudi, berbeda dengan Subaru. Pabrikan Jepang ini tenang, mereka memilih mengambil pendekatan yang berbeda pada sistem semi-otonomos-nya.

Subaru terlihat sangat fokus dengan menyempurnakan teknologi yang sudah ada, dengan tujuan utama meningkatkan keselamatan saat berkendara. Dikutip dari Reuters, Kamis (22/6/2017), Tetsuo Onuki mengatakan, ”Kami tidak mengembangkan mobil driverless. Apa yang kami lakukan saat ini, untuk membuat berkendara dengan mobil menjadi semakin aman.”

Saat mendemonstrasikan pengembangan terakhir dari sistem EyeSight, Subaru memang memberikan peningkatan pada sistem tersebut. Sistem ini dilengkapi fungsi baru touring assist yang diklaim sanggup mengurangi beban pengemudi dengan mengambil alih akselerasi, pengereman, pengendalian, saat di jalan bebas hambatan.

Teknologi tersebut menggabungkan adaptive cruise control, lane tracing control, dan sepasang kamera untuk memantau jalur sekaligus mobil yang berada di depan. Sistem EyeSight terbaru ini akan menjadi kelengkapan standar untuk Subaru Levorg dan WRX S4. Keduanya akan diluncurkan di Jepang antara akhir tahun 2017 atau awal 2018.

Perkembangan teknologi otonomos memang selalu menarik untuk diikuti. Hanya saja, teknologi tersebut harus diimbangi dengan infrastruktur yang memadai. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa mobil yang mengadopsi teknologi ini, seperti adaptive cruise control yang akan membantu akselerasi maupun deselerasi di jalan bebas hambatan.