Liputan6.com, Jakarta - Tak dapat dipungkiri di sejumlah ruas tol di Indonesia masih berbatasan dengan pemukiman ataupun hutan. Tak pelak ternak warga maupun hewan liar kerap berkeliaran di jalan bebas hambatan. Tentu saja hal itu sungguh berbahaya baik untuk hewan maupun pengendara mobil.
Mengenai keberadaan hewan yang melintasi jalan tol, Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Center (JDDC) angkat bicara. Kata dia, meski jalanan terlihat sepi, namun pengemudi harus tetap waspada.
Advertisement
Baca Juga
“Nah kalau (tiba-tiba hewan melintas) seperti kucing, ayam, atau anjing sikat (boleh di tabrak),” ungkap Jusri saat berbincang dengan Liputan6.com lewat sambungan telepon, Kamis (2/11/2017).
Akan tetapi, lanjut dia, jika hewan yang melintas seperti kambing atau sapi, ada trik khusus menghadapainya. Ada bagian tertentu yang bisa ditabrak agar tidak fatal.
Jika ada sapi yang melintas, maka bagian tubuh sapi yang bisa dihantam adalah bagian belakang atau buntut atau pantat.
“Kalau sapi ketakutan atau panik, dia hanya maju atau berhenti celingak-celinguk. Dia tidak pernah mundur. Maka sasarannya, usahakan ambil di titik risiko terendah kerusakan di bagian belakang,” ungkap Jusri.
Jika menghantam bagian belakang sapi, diharapkan hanya terkena sedikit, sehingga hewan memamah biak tersebut masih dapat bergegas dan bergerak ke depan.
“Sebaliknya, kalau kita hajar bagian depan, maka dia akan nabrak kita, kalau sampai kita tabrakan, ibaratnya kaya nabrak mobil hingga bisa hancur (mobil rusak dan sapi mati),” kata dia.
“Saya beberapa kali pernah melihat itu. Beberapa tahun lalu saya rally, hancur mobilnya semua, sapinya mati. Apalagi kalau mobil kita tidak punya fitur safety seperti airbag dan lainnya,” tambahnya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Cara Menghindari Tabrakan Beruntun di Jalan Tol
Sebuah akun media sosial memperlihatkan kecelakaan beruntun yang terjadi di sebuah jalan tol. Kecelakaan ini disebabkan tiga ekor kambing yang menyebrang.
Terkait masalah kecelakaan beruntun di jalan tol, pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu angka bicara.
Kata dia, untuk menghindari adanya obyek bergerak yang menyebrang dan menghalangi lintasan, pengemudi harus melakukan tindakan preventif atau pencegahan dan mengetahui cara defensive driving yakni mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi dengan tujuan mengurangi peluang kecelakaan.
“Nah, apa yang harus dilakukan? Ketika kita mengemudi, walaupun jalanan kosong atau terlihat secara visual kosong, jangan pernah berpikir ‘Anda boleh rileks’. Karena jalan raya tidak pernah aman,” kata Jusri saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (11/1/2017).
Jusri menyatakan, pengemudi harus berpikir kemungkinan jalanan yang dilalui bisa mengalami hal terburuk. Termasuk saat melewati tingkungan, blind spot, area kosong, hingga keberadaan objek yang tiba-tiba muncul seperti manusia, mobil dan binatang.
Jika driver berpikir kemungkinan terburuk di jalanan, lanjutnya, maka pengemudi dapat melakukan manuver-manuver sebagai antisipasi.
“Dengan demikian kita akan lebih sigap, hati-hati, kita enggak kaget, kita enggak akan menuver tanpa perhitungan," kata dia.
Advertisement