Sukses

Recok dengan McLaren, BMW Buat Supercar Sendiri?

Hubungan BMW dan McLaren kandas di tengah jalan. Apa akibatnya?

Liputan6.com, Jakarta BMW dan McLaren dikabarkan mengakhiri kerja sama untuk menciptakan sebuah supercar. Tidak disebutkan detailnya kerja sama seperti apa. Dilansir Carscoops, rencananya adalah mengubah McLaren Super Series terbaru menjadi BMW berteknologi tinggi.

Sebagai bagian dari transformasi radikal, mobil tersebut memiliki desain bodi yang unik, interior berteknologi tinggi, dan powertrain hybrid dengan mesin V8. Kabarnya orang nomor 1 di divisi M, Frank van Meel, menghabiskan waktunya lebih banyak di Woking dibanding Munich. Sayangnya, pengembangan mobil tersebut terhenti.

BMW tidak mengeluarkan pernyataan resmi seputar hal ini. Namun, mobil tersebut digambarkan sebagai "mobil yang luar biasa, tapi kami menyimpulkan mobil yang salah untuk waktu yang bergerak cepat seperti sekarang".

Sebagai gantinya, perusahaan asal Jerman tersebut akan meneruskan pengembangan mobilnya sendiri dengan powertrain yang lebih canggih dengan teknologi elektrifikasi.

Meskipun mengakhiri kerja sama dengan McLaren, BMW masih menjalin kerja sama dengan Land Rover untuk mengembangkan mesin V8 baru. Project berkode Project Jennifer ini akan digunakan untuk jajaran Range Rover. Mesin tersebut dikabarkan memiliki spesifikasi 4,4 liter V8 twin-turbo yang menghasilkan tenaga 640 Tk dengan torsi puncak 799 Nm.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Begini Cara BMW Manfaatkan Baterai Bekas Mobil Listrik

Mobil hybrid maupun mobil listrik diklaim memiliki emisi karbon yang lebih rendah dibanding mobil konvensional. Namun, salah satu hal yang masih menjadi perdebatan adalah limbah baterai jika suatu saat baterai pada mobil elektrik tersebut tidak lagi terpakai.

Menyoal hal tersebut, Anindyanto Dwikumoro, Product Specialist BMW Indonesia, mengungkapkan bahwa BMW menjunjung tinggi nilai dari sustainability. "Kita punya partnership dengan perusahaan yang mengolah atau menggunakan baterai untuk industri lain," ucap pria yang sapa diakrab Anin, di BMW National Training Center, Tangerang, Kamis (26/10/2017).

 

 

Menurut dia, baterai-baterai yang pernah digunakan oleh mobil hybrid dan listrik BMW akan diolah atau bisa digunakan kembali ke industri-industri yang kecil. Dengan demikian, baterai yang digunakan oleh BMW tidak akan merusak lingkungan, dan tetap memiliki nilai guna meskipun tidak lagi digunakan pada mobil.

"Misalkan baterai kami dipakai solar charging company. Contoh lainnya, di Jerman. Di sana ada kapal kecil pure elektrik yang menggunakan baterai eks digunakan i3. Nah, baterainya berasal dari konsumen yang upgrade ke kapasitas lebih besar," ucap Anin.

Di Indonesia sendiri, konsumen yang menggunakan produk BMW i8 belum pernah ada yang mengganti baterai sampai saat ini. "Kalau di Indonesia, kami menyediakan warranty selama 8 tahun atau 100.000 km," pungkasnya.