Liputan6.com, Jakarta - Berkendara di musim hujan dianggap berbahaya karena jalanan menjadi licin. Selain itu, kondisi jalan yang berlubang juga menjadi tak terlihat karena tertutup genangan air.
Parahnya, mengemudi saat hujan mampu mengurangi jarak pandang, sehingga visibilitas menjadi lebih terbatas.
Melihat kasus tersebut, Chief Instructor Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu menyatakan agar pengendara mengetahui jarak aman berkendara berkendara sesuai kondisi yang sedang terjadi.
Advertisement
Baca Juga
“Misalnya kondisi sekarang adalah hujan badai. Kondisi ini tidak ideal, maka jarak aman yang harus diikuti selalu diperpanjang, ditambah satu atau dua detik. Kondisi tidak ideal itu juga bisa karena malam hari, debu, atau kabut. Jadi ditambahkan, jaraknya diperpanjang,” kata Jusri saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (14/11/2017).
Jusri mengatakan, dengan jarak diperpanjang dari standar empat detik, kemudian ditambah satu atau dua detik, karena pengendara memiliki reaksi persepsi atau waktu persepsi menjadi lama, terlebih kondisi itu tidak ideal seperti hujan, malam hari, debu dan kabut.
Selain itu, visibilitas pengemudi akan menjadi lebih lambat mengenal objek-objek yang ada di depannya, baik itu kendaraan, orang ataupun benda lainnya.
Tak hanya itu, jika mengemudi saat turun hujan, maka cengkeraman ban terhadap permukaan aspal akan berkurang.
Jusri mengatakan, korelasi mengemudi aman harus sesuai kondisi, dengan cara Safety Driving dan Defensive Driving.
Safety Driving merupakan perilaku mengemudi yang mengacu pada standar keselamatan berkendara. Sedangkan Defensive Driving adalah perilaku mengemudi yang dapat menghindarkan dari masalah, baik yang disebabkan oleh orang lain maupun diri sendiri.
Adapun kondisi berkendara bisa dipengaruhi oleh cuaca, orang, kendaraan. Ketika salah satu kondisi tersebut tidak ideal, termasuk turun hujan, maka kecepatan harus diperlambat, atau jaraknya diperpanjang.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lima Cara Aman Berkendara di Musim Hujan
Para pengendara mobil dan motor harus lebih waspada saat memacu kendaraan di musim hujan. Sebab hujan akan membuat jalanan menjadi basah sehingga kondisi ini lebih berbahaya.
Karena itu, NTMC Polri memberikan tips berkendara di saat musim hujan.
Pertama, pengendara tetap waspada dan perhatikan kondisi kelengkapan kendaraan. Jika kondisi jalan minim pencahyaan dan berkabut, nyalakan lampu utama untuk membantu penglihatan.
Pergunakan lampu kabut jika kendaraan sudah dilengkapi dengan lampu jenis ini. Usahakan tidak menggunakan lampu hazard kecuali mobil yang Anda kendarai menjadi hambatan yang harus dihindari oleh pengendara lain.
Pastikan wiper dalam kondisi yang baik karena wiper yang aus tidak menyapu air secara efisien. Akibatnya, guyuran air di kaca depan mobil akan menurunkan tingkat visibilitas.
Kedua, pastikan tekanan angin ban cukup. Tekanan yang terlalu keras akan mengurangi daya cengkeram terhadap permukaan jalan. Sebaliknya, kurangnya tekanan ban mobil akan menyebabkan mobil lebih mudah selip di jalanan basah. Periksa tekanan dan alur ban mobil.
Ketiga, hindari penggunaan sistem cruise control karena dapat mempercepat atau memperlambat kendaraan untuk tetap dalam kecepatan yang telah ditetapkan.
Ketika ban kehilangan cengkeraman di jalanan basah, roda secara alami akan mulai melambat dan akan terus melambat sampai perubahannya sesuai dengan kecepatan kendaraan yang sebenarnya saat titik cengkeraman dikembalikan.
Jika cruise control diaktifkan, sistem akan mendeteksi perlambatan dan akan mencoba untuk mempercepat untuk meningkatkan kecepatan lagi. Hal ini akan menyebabkan satu atau seluruh ban kehilangan cengkeraman sepenuhnya.
Keadaan ini dapat menyebabkan pengemudi kehilangan kendali terhadap kendaraan sepenuhnya.
Selanjutnya atau yang keempat, atur jarak pengereman dan sebisa mungkin menghindari aquaplaning. Caranya perlambat kendaraan saat melintasi genangan air untuk mengecilkan risiko terjadinya selip dan menambah jarak aman dengan kendaraan di depan.
Kecepatan yang lebih rendah juga mengurangi kemungkinan terjadinya selip disebabkan genangan air (aquaplaning). Situasi ini terjadi ketika tapak dalam ban tidak lagi menyalurkan air dari permukaan jalan.
Akibatnya, ban mulai “mengambang” pada lapisan air dan dari titik ini, ban (dan kendaraan) akan tergelincir. Pengendara dapat menyadari aquaplaning ketika kemudi tiba-tiba terasa ringan dan kendaraan tidak merespon gerakan kemudi.
Kelima usahakan untuk tidak melintasi jalan yang sudah tergenang banjir lebih dari setengah ban mobil. Periksa juga sampai kedalaman berapa kendaraan dapat terendam oleh air.
Jika Anda harus melalui jalan yang tergenang, arahkan kendaraan anda ke bagian tertinggi jalan, karena air berada pada titik dangkal di titik tersebut.
Gunakan gigi rendah -pertama atau “L” tergantung pada jenis transmisi. Jaga kecepatan konstan. Jangan angkat kaki Anda dari pedal gas. Mesin yang melambat dapat membiarkan air masuk melalui pipa knalpot dan merusak catalytic converter.
Anda juga tidak ingin filter udara depan ditembus oleh air, jadi mengemudilah dengan sangat lambat. Dalam kasus tersebut, kerusakan akan menjadi berat dan membutuhkan perbaikan yang cukup mahal.
Advertisement