Sukses

SUV Mewah Korban Tabrakan Konvoi Lamborghini Ternyata Milik Hotman Paris

SUV mewah yang menjadi korban tabrakan konvoi Lamborghini ternyata milik pengacara kondang Hotman Paris Hutapea.

Liputan6.com, Jakarta - Pengacara kondang Hotman Paris Hutapea menyatakan bahwa salah satu mobil miliknya terlibat kecelakaan beruntun dalam konvoi Lamborghini di Tol Cipali Km 88.200, Subang, Jawa Barat, Jumat (10/3/2018).

Hanya saja, pengacara kondang itu menyebut mobil yang terlibat itu bukanlah Lamborghini yang kerap ia bawa ke sejumlah acara. Mobil itu adalah SUV premium Lexus.

Meski mobil tersebut miliknya, Hotman sendiri tak ikut langsung terlibat di dalam mobil. Sebaliknya, orang yang mengendarai mobil tersebut adalah ajudan Frank Alexander Hutapea, yang tak lain anak Hotman.

Frank sendiri diakui ikut dalam acara dan mengemudikan salah satu Lamborghini. Beruntung, anak sulung Hotman itu selamat dan mobilnya tidak mengalami kecelakaan.

Hal ini pun diungkapkan pengacara berdarah Batak tersebut diakun resmi Instagramnya @hotmanparisofficial.

“Lambogini konvoi ke Cirebon! Yang tabrakan bukan Lamborgini tapi mobil Jeep Lexus milik Hotman Paris yang disupirin pengawal anaknya Hotman Paris! Yang juga ikut kawal konvoi tour Lambo,” tulis akun @hotmanparisofficial.

Sekadar informaasi, sebelum terjadi kecelakaan rombongan Lamborghini bertolak dari Jakarta menuju Cirebon. Namun nahas ketika pukul 12.00 WIB di Tol Cipali Km 88 mobil iring-iringan di bagian belakang mengalami kecelakaan.

Sedikitnya empat kendaraan yang terlibat yaitu Lexus bernomor polisi B 666 RRH, Honda HRV Up B 1571 TIV, sedan dinas polisi nomor lambung 9101 (Denwal Korlantas), dan Lamborghini dengan nomor polisi B 1 DIS.

 

2 dari 2 halaman

Konvoi Lamborghini Kecelakaan Beruntun, Apa Faktor Penyebabnya?

Tidak ada korban jiwa dalam insiden kecelakaan beruntun tersebut. Namun, menyoal kecelakaan beruntun yang dialami mobil mewah ini, pegiat keselamatan berkendara sekaligus pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu angka bicara.

Menurut dia, biasanya jika terjadi kecelakan beruntun, maka ada beberapa faktor penyebabnya. Salah satunya perilaku pengendara yang secara indikator pengemudi tidak antisipatif.

“Pengemudi yang tidak antispatif adalah ketika mereka melakukan manuver tiba-tiba seperti ngerem mendadak, serong atau berkelit atau swift ke kiri, ke kanan, menyusul, pokoknya manuver tiba-tiba. Itu diindikasikan adalah seorang yang tidak antisipatif,” jelas Jusri saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (9/3/2018).

 Lebih lanjut Jusri menyatakan, pengemudi yang tidak antisipatif saat mengemudi di jalan tol diindikasikan karena kaget.

“Karena dia tidak bisa mengindikasi bahaya sejak awal. Dan harusnya dia harus indikasi sejak awal,” ucapnya.

“Misalnya dia konvoi, bahaya yang mengancam dia adalah bahaya dari depan dan belakang. Bahaya di depan dia akan ngerem mendadak dan dia akan nabrak. Atau sebaliknya, mobil di belakang menabrak karena ketidakmampuan dia menyikapi,” tambahnya.

Jusri menyatakan, jika mengemudi atau konvoi di jalan bebas hambatan dengan kecepatan tinggi, maka pengemudi seharusnya sangat konsentrasi penuh. Meskipun mobil dianggap sangat mumpuni dalam berakselerasi dan sistem pengereman yang cepat, hal itu tidak menjadi acuan.

“Artinya ketika mereka ada di sana, mereka harus full konsentrasi, pintar membaca, menginterprestasikan tanda-tanda bahaya yang sudah menjelma akan menjadi ancaman, maupun yang belum menjelma jadi ancaman,” terangnya.