Sukses

Mobil Kayu Bermesin Listrik, Mungkinkah?

Dari sekian produk yang dipamerkan di ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) yang digelar 19-29 April 2018, ada mobil kayu yang diperlihatkan PT Sumber Sejahtera Alamindo (SSA).

Liputan6.com, Jakarta - Dari sekian produk yang dipamerkan di ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) yang digelar 19-29 April 2018, ada mobil kayu yang diperlihatkan PT Sumber Sejahtera Alamindo (SSA) di hall B, JIEXpo, Kemayoran, Jakarta.

Perusahaan ini memang bukan pabrikan atau produsen pendukung di sektor otomotif nasional, melainkan perusahaan yang bergerak di bidang seni berbahan kayu.

Dari pantauan Liputan6.com, PT SSA memperlihatkan sebuah replika mobil Ferrari 330 PA dan dua replika Harley-Davidson Road King. Semuanya dibuat dari bahan kayu.

Menurut Santoz Martoz, Founder sekaligus Chief Executive Officer PT SSA, semua produk atau pajangan dengan desain otomotif ini diperuntukkan bagi kolektor atau pecinta seni.

Namun demikian, Santoz rupanya punya mimpi yang tak biasa. Ya, dia ingin karya seninya itu tak hanya dipajang, tetapi bisa dikendarai.

“Ke depan, kami mau kerja sama dengan universitas-universitas untuk mobil kayunya, jadi itu bisa jalan dengan teknologi listrik. Dan ini lagi digodok, lagi dibahas,” ungkap Santoz.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Dengan munculnya mobil kayu bertenaga listrik, maka hal itu menjadi inovasi dari sebuah produk otomotif. Selain itu, kata dia, kendaraan listrik saat ini sudah terlihat sedang digalakkan pemerintah Indonesia di era Presiden Joko Widodo.

“Kami mau kerja sama dengan universitas yang mau kembangin karya anak bangsa. Karena belum ada nih anak Indonesia bikin mobil kayu yang bisa jalan,” tuturnya.

Which is kita kalo bikin jadi pionirnya. Kemarin sudah mau kerja sama, tapi masih tahap pembicaraan,” tambahnya.

Namun sayang saat ini Santoz tidak menyebutkan universitas mana yang diajak bekerja sama.

Di luar inovasi ini, Santoz mengaku untuk persediaan kayu sebagai usaha seni diperolah dari lahan pribadi miliknya di pulau Morotai, Kepulauan Halmahera, Maluku.

Sedangkan untuk proses perakitan dan produksi setiap produknya dibuat langsung di bengkelnya yang terdapat di Boyolali, Jawa Timur.